Ketika orang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, ia “dilahirkan kembali.” Apa arti dilahirkan kembali? Topik itulah yang akan dibahas dalam bab ini.
Untuk memahami arti dilahirkan kembali, pertama kita perlu pahami hakekat manusia. Alkitab menyatakan bahwa kita bukan hanya mahluk jasmani, tetapi juga mahluk rohani. Misalnya, Paulus menulis,
Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. (1 Tesalonika 5:23, tambahkan penekanan).
Sesuai petunjuk Paulus, manusia dapat dianggap sebagai mahluk yang terdiri dari tiga bagian yakni roh, jiwa dan tubuh. Alkitab tidak persis mendefiniskan ketiga bagian itu, sehingga semaksimal mungkin kita bedakan ketiga kata itu dengan pemahaman kita tentang kata-kata itu. Biasanya kita berkesimpulan bahwa tubuh adalah keberadaan fisik manusia, yakni daging, tulang, darah, dan lain-lain. Jiwa adalah keberadaan intelek dan emosi manusia, yakni pikiran. Roh manusia adalah keberadaan rohaninya, atau seperti gambaran rasul Petrus tentang dia, “manusia batiniah yang tersembunyi” (1 Petrus 3:4).
Karena roh tak terlihat oleh mata fisik, orang-orang yang tidak dilahirkan kembali cenderung tak peduli kepada keberadaan roh itu. Tetapi, Alkitab sangat jelas menyatakan bahwa kita semua adalah mahluk-mahluk rohani. Alkitab menyatakan bahwa ketika seseorang mati, hanya tubuhnya yang tidak berfungsi, sedangkan roh dan jiwanya tetap berfungsi selalu. Ketika tubuh mati, roh dan jiwa mengosongkan tubuh (sebagai satu kesatuan) untuk berdiri pada penghakiman di hadapan Allah (lihat Ibrani 9:27). Setelah penghakiman, roh dan jiwa menuju ke sorga atau neraka. Akhirnya, roh dan jiwa setiap orang akan disatukan kembali dengan tubuhnya pada saat kebangkitan.
Definisi Lebih Rinci tentang Roh Manusia (The Human Spirit More Defined)
Dalam 1 Petrus 3:4, Petrus menyebut roh sebagai “pribadi tersembunyi”, yang menunjukkan bahwa roh adalah satu pribadi. Paulus juga menyebutnya sebagai “manusia batiniah”, yang menunjukkan keyakinannya bahwa roh manusia bukan hanya satu konsep atau kekuatan, tetapi satu pribadi:
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. (2 Korintus 4:16, tambahkan penekanan).
“Manusia luar” adalah gambaran tubuh fisik, sedangkan “manusia batiniah” adalah gambaran roh. Setiap hari, selagi tubuh menjadi tua, roh diperbarui.
Perhatikan lagi bahwa Paulus menyebut tubuh dan roh sebagai manusia. Jadi ketika anda bayangkan roh anda, jangan bayangkan awan rohani. Bayangkanlah seseorang yang bentuknya tampak seperti bentuk anda. Tetapi, jika tubuh anda sudah tua, jangan pikir roh anda kelihatan tua. Bayangkan penampilan anda dalam usia terbaik dalam kehidupan anda karena roh anda tak pernah menjadi tua! Roh anda terus diperbarui dari hari ke hari.
Roh anda adalah bagian dari anda yang dilahirkan kembali (jika anda telah percaya kepada Tuhan Yesus ). Roh anda bersatu dengan Roh Allah (lihat 1 Korintus 6:17), dan Ialah pribadi yang membimbing anda ketika anda mengikuti Yesus (lihat Roma 10:14).
Alkitab mengajarkan bahwa Allah juga adalah roh (lihat Yohanes 4:24), demikian juga para malaikat dan roh jahat. Semuanya memiliki bentuk dan berada di wilayah roh. Tetapi wilayah roh tak dapat dipahami dengan panca indera manusia. Berhubungan dengan dunia roh dengan panca indera mirip dengan merasakan sinyal radio dengan tangan kita. Panca indera kita tak bisa merasakan gelombang radio yang mengalir melewati ruangan, tetapi ketidakmampuan panca indera tidak membuktikan bahwa tidak ada gelombang radio di dalam ruangan. Cara untuk menangkap frekwensi radio adalah menghidupkan radio.
Hal ini juga berlaku bagi alam roh. Hanya karena alam roh tak dapat diinderai dengan panca indera, tak berarti alam roh itu tidak ada. Alam itu benar-benar ada, dan apakah orang-orang sadar atau tidak, mereka adalah bagian dari alam roh karena mereka adalah mahluk-mahluk roh. Mereka berhubungan secara roh dengan Setan (bila mereka tidak bertobat) atau berhubungan secara rohani dengan Allah (bila mereka dilahirkan kembali). Beberapa ahli spiritualisme telah mempelajari cara berhubungan dengan alam roh melalui roh-roh mereka, tetapi nyatanya mereka berhubungan dengan alam kekuasaan Setan, yakni kerajaan kegelapan.
Tubuh Kekal (Eternal Bodies)
Saat kita membahas topik utama, saya ajak anda untuk memperhatikan sesuatu tentang tubuh manusia. Walaupun tubuh akhirnya akan mati, kematian tubuh tak akan selamanya. Suatu hari nanti, Allah Sendiri akan membangkitkan setiap tubuh manusia yang mati. Yesus berkata,
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, 29 dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. (Yohanes 5:28 29).
Yohanes menulis dalam kitab Wahyu bahwa kebangkitan tubuh orang-orang yang harus dihukum akan terjadi seribu tahun setelah kebangkitan tubuh orang-orang benar:
Dan mereka [orang-orang suci yang mati sahid selama Masa Kesukaran] hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun. Tetapi orang-orang mati yang lain tidak bangkit sebelum berakhir masa yang seribu tahun itu. Inilah kebangkitan pertama.
[1]
Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. .. mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya. (Wahyu 20:4b-6).
Alkitab juga menerangkan bahwa ketika Yesus kembali menjemput umatnya, semua tubuh mati orang-orang benar akan dibangkitkan kembali dan bersatu dengan roh-roh mereka ketika kembali dari sorga bersama dengan Yesus ke atmosfir Bumi:
Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia [sebagai roh-roh]. Ini kami katakan kepadamu dengan Firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus [tubuh mereka] akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. (1 Tesalonika 4:14-17).
Allah membentuk manusia pertama dari debu tanah, dan hanyalah masalah kecil bagiNya untuk mengambil unsur-unsur dari setiap tubuh manusia dan membentuk kembali manusia ke dalam tubuh baru dari bahan yang sama.
Mengenai kebangkitan tubuh, Paulus menulis:
Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa. Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. (1 Korintus 15:42-44a, 50-53).
Perhatikan bahwa karakter menonjol tubuh baru adalah tubuh kita yang akan kekal dan tak dapat musnah. Tubuh takkan pernah menjadi tua, sakit, atau mati! Tubuh baru kita akan seperti tubuh baru yang Yesus terima setelah Ia dibangkitkan kembali:
Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri -Nya. (Filipi 3:20-21, tambahkan penekanan).
Rasul Yohanes juga menegaskan kebenaran yang mengagumkan itu:
Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. (1 Yohanes 3:2, tambahkan penekanan).
Walaupun pikiran kita mustahil untuk memahami sepenuhnya hal tersebut, kita dapat mempercayainya dan bersukacita akan apa yang nanti terjadi!
[2]
Yesus dalam hal Kelahiran Baru (Jesus on the New Birth)
Yesus pernah berbicara kepada pemimpin Yahudi bernama Nikodemus tentang perlunya kelahiran kembali dari roh manusia melalui pekerjaan Roh Kudus:
Yesus menjawab, kata-Nya [kepada Nikodemus]: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kata Nikodemus kepada-Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.” (Yohanes 3:3-7).
Pertama-tama, Nikodemus menganggap pembicaraan Yesus tentang kelahiran kembali secara fisik ketika Ia berkata bahwa seseorang harus dilahirkan kembali untuk memasuki kerjaan sorga. Tetapi, Yesus memperjelas bahwa Ia sedang berbicara tentang kelahiran kembali secara rohani. Yakni, roh seseorang harus dilahirkan kembali.
Alasan bahwa kita butuh kelahiran kembali secara rohani adalah karena roh-roh kita telah terkotori dengan sifat jahat dan dosa. Sifat dosa itu sering disebut dalam Alkitab sebagai kematian. Untuk lebih memahami, kita sebut sifat jahat itu sebagai kematian rohani sehingga kita dapat bedakan antara kematian rohani dan kematian tubuh (ketika tubuh jasmani tak berfungsi).
Definisi Kematian Rohani (Spiritual Death Defined)
Paulus menggambarkan arti kematian sebagai kematian rohani dalam Efesus 2:1-3:
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalam nya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. (tambahkan penekanan).
Paulus tidak mengacu pada kematian tubuh fisik karena suratnya ditujukan kepada orang-orang yang secara fisik masih hidup. Namun ia berkata bahwa mereka pernah “mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa mereka”. Dosa membuka pintu menuju ke kematian rohani (lihat Roma 5:12). Mati rohani berarti memiliki sifat dosa dalam roh. Perhatikan kata Paulus bahwa ”pada dasarnya mereka adalah orang-orang yang harus dimurkai.”
Selain itu, menjadi mati rohani berarti memiliki sedikit sifat Setan dalam roh anda. Paulus berkata bahwa orang yang mati rohani memiliki “roh-roh jahat di udara” yang bekerja di dalamnya. “Roh-roh jahat di udara” sudah pasti adalah Iblis (lihat Efesus 6:12), dan rohnya bekerja dalam diri orang yang tidak diselamatkan.
Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi yang belum dilahirkan kembali:
Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. (Yohanes 8:44).
Dari sudut pandang roh, orang yang tidak dilahirkan kembali memiliki sifat Setan di dalam rohnya, dan Setan jadi bapa bagi rohnya. Orang itu secara naluriah bertindak seperti Iblis. Orang itu adalah pembunuh dan pembohong.
Tak semua orang yang belum selamat melakukan pembunuhan, tetapi mereka termotivasi oleh kebencian yang sama dengan para pembunuh, dan mereka akan membunuh jika dapat melepaskan diri. Legalisasi aborsi di banyak negara membuktikan fakta itu. Orang yang belum selamat bahkan akan membunuh bayinya yang belum lahir.
Itu sebabnya seseorang harus mengalami kelahiran kembali secara rohani. Ketika ia lahir kembali, maka sifat dosa dari Setan dikeluarkan dari rohnya dan diganti dengan sifat suci dari Allah. Roh Kudus dari Allah datang berdiam di dalam rohnya. Ia tak lagi “mati rohani” tetapi menjadi “hidup secara rohani.” Rohnya tak lagi mati tetapi hidup kepada Allah. Bukannya menjadi anak roh dari Setan, ia menjadi anak roh dari Allah.
Pembaruan bukanlah Ganti bagi Kelahiran Kembali (Reformation is No Substitute for Regeneration)
Orang yang belum selamat mati secara rohani, maka ia tak dapat diselamatkan melalui pembaruan-diri, tak peduli betapa kerasnya ia berusaha. Orang yang belum selamat memerlukan sifat baru, bukan hanya perbuatan baru secara lahiriah. Anda dapat mendandani seekor babi, dan membersihkannya, menyemprotkan parfum, dan memberi pita merah muda di lehernya, tetapi yang anda dapatkan hanyalah babi yang dibersihkan! Sifatnya tetap sama. Dan keadaan itu tak akan lama berlangsung sebelum baunya hilang dan akhirnya ia berkubang di becek lagi.
Hal yang sama terjadi pada orang-orang religius yang tak pernah dilahirkan kembali. Mereka dapat saja dibersihkan sedikit di bagian luar, tetapi di dalamnya tetap kotor seperti sebelumnya. Yesus berkata kepada sejumlah orang yang sangat religius pada zamanNya,
Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan. (Matius 23:25-28).
Perkataan Yesus adalah gambaran yang sesuai bagi semua orang religius tetapi tak pernah mengalami kelahiran baru dari Roh Kudus. Peristiwa kelahiran baru menjadikan orang bersih di dalam dirinya, tidak hanya di bagian luar.
Apa yang Terjadi pada Jiwa ketika Roh Dilahirkan Kembali? (What Happens to the Soul When Spirit is Reborn?)
Ketika roh seseorang dilahirkan kembali, jiwanya mula-mula tetap tak terpengaruh (selain nyata ia telah memutuskan dalam pikirannya untuk mengikuti Yesus). Tetapi, Allah mengharapkan kita untuk melakukan sesuatu dengan jiwa kita ketika kita menjadi anak-anakNya. Jiwa (pikiran) kita harus diperbarui dengan Firman Tuhan sehingga kita berpikir sesuai kehendak Allah. Melalui pembaruan pikiran kita, transformasi dari luar yang terus berlanjut dikerjakan dalam hidup kita, yang membuat kita semakin menjadi seperti Yesus:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2, tambahkan penekanan).
Yakobus juga menulis tentang proses yang sama dalam kehidupan orang percaya:
Terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. (Yakobus 1:21b).
Perhatikan bahwa Yakobus menyurati orang-orang Kristen, orang-orang yang rohnya telah dilahirkan kembali. Tetapi mereka perlu menyelamatkan jiwa mereka, dan hal itu hanya terjadi ketika mereka dengan rendah hati menerima “firman yang dicangkokkan.” Itu sebabnya orang-orang yang baru percaya harus diajarkan Firman Tuhan.
Sisa Sifat Lama (The Residue of the Old Nature)
Setelah lahir baru, seorang Kristen segera tahu bahwa dia adalah orang yang memiliki dua sifat, yakni mengalami perang antara “Roh dan daging”, sesuai sebutan Paulus:
Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging–karena keduanya bertentangan–sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. (Galatia 5:17).
Paulus menyebut sisa dari sifat dosa lama yang tetap ada sebagai “daging”. Kedua sifat di dalam kita menghasilkan perbedaan keinginan yang, bila kita berserah, menghasilkan tindakan dan gaya hidup berbeda. Perhatikan perbedaan yang dibuat oleh Paulus antara “perbuatan daging” dan “buah-buah Roh ”:
Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu–seperti yang telah kubuat dahulu–bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Galatia 5:19-23).
Jelaslah, orang Kristen dapat menyerah pada keinginan daging; jika tidak Paulus tidak akan mengingatkannya. Jika orang itu bertindak sesuai keinginan daging, ia tak akan mewarisi Kerajaan Allah. Dalam suratnya kepada jemaat Roma, Paulus juga menuliskan dua sifat orang Kristen dan mengingatkan akibat dari penyerahan diri kepada daging:
Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. ….Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (Roma 8:10, 12-14, tambahkan penekanan).
Hal itu jelas menjadi peringatan bagi orang-orang Kristen. Hidup (yang menunjukkan tindakan yang rutin) menurut daging mengakibatkan kematian. Paulus telah mengingatkan tentang kematian rohani, karena setiap orang akhirnya mati secara badani, bahkan orang-orang Kristen yang “mematikan perbuatan tubuh.”
Orang Kristen untuk sementara bisa saja jatuh ke dalam dosa-dosa yang disebutkan oleh Paulus; tetapi, ketika seorang percaya berbuat dosa, ia merasa bersalah dan mau bertobat. Siapapun yang mengaku dosanya dan meminta pengampunan Allah tentu akan disucikan (lihat 1 Yohanes 1:9).
Ketika seorang Kristen berdosa, tidak berarti ia telah putus hubungan dengan Allah —ia telah memutuskan persekutuannya. Ia masih tetap anak Allah, tetapi kini ia anak bandel Allah. Jika orang percaya tidak mengaku dosanya, ia ada dalam posisi untuk didisiplinkan oleh Tuhan.
Perang (The War)
Jika anda ingin melakukan hal-hal itu yang sebenarnya keliru, maka anda mengalami “keinginan daging.” Pasti anda juga dapati bahwa ketika dicobai oleh keinginan daging untuk berbuat salah, sesuatu dalam diri anda melawan pencobaan itu. Itulah “keinginan Roh.” Dan jika anda tahu perasaan bersalah di dalam diri ketika anda menyerah pada pencobaan, maka anda mengenali suara roh anda, yang disebut “kata hati” kita.
Allah tahu dengan baik bahwa keinginan daging kita menggoda kita untuk berbuat salah. Tetapi, itu bukan alasan, karena kita membenarkan tindakan menyerah kepada keinginan daging. Allah masih mengharapkan kita untuk bertindak dalam ketaatan dan kesucian dan untuk mengatasi sifat daging:
Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (Galatia 5:16).
Tak ada rumusan magis untuk mengatasi keinginan daging. Paulus hanya berkata agar kita “berjalan dengan Roh”, dan kita “tidak akan melakukan keinginan-keinginan daging” (Galatia 5:16). Tak seorang Kristenpun mendapatkan keuntungan atas orang Kristen lainnya dalam hal itu. Mengejar Roh adalah keputusan yang harus kita buat, dan bakti kita kepada Tuhan dapat diukur dengan tingkat sejauh mana kita tidak menyerah pada keinginan-keinginan daging.
Paulus demikian juga menulis:
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (Galatia 5:24).
Perhatikan perkataan Paulus bahwa orang yang menjadi milik Kristus telah (keterangan waktu lampau) menyalibkan keinginan daging. Itu terjadi ketika kita bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita menyalibkan sifat dosa, dengan memutuskan untuk menaati Allah dan melawan dosa. Jadi, kini masalahnya bukanlah menyalibkan keinginan daging, tetapi membuat agar keinginan daging tetap terus disalibkan.
Memang tidak selalu mudah untuk terus menyalibkan keinginan daging kita, tetapi hal itu tetap dapat dilakukan. Jika kita hendak melakukan keinginan dengan pimpinan manusia batiniah, bukannya menyerah kepada dorongan keinginan daging, maka kita akan mewujudkan kehidupan Kristus dan berjalan dalam kesucian di hadapanNya.
Sifat Roh kita yang Diciptakan Kembali (The Nature of our Recreated Spirits)
Satu kata yang paling cocok untuk menggambarkan sifat dari roh-roh yang diciptakan kembali adalah Kristus. Melalui Roh Kudus, yang memiliki sifat identik sebagai Yesus, kita sebenarnya memiliki sifat Yesus yang hidup di dalam kita. Paulus menulis, “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Galatia 2:20).
Karena kita memiliki kemampuan dan sifatNya di dalam diri kita, maka kita memiliki peluang baik untuk hidup seperti Kristus. Kita tak memerlukan lebih banyak kasih, kesabaran, atau pengendalian diri —dalam diri kita, kita memiliki Pribadi yang sangat menyayangi, sangat sabar dan sangat mampu mengendalikan diri! Kita perlu undang Dia untuk tetap tinggal di dalam kita.
Tetapi, kita semua punya musuh utama, yakni keinginan daging, yang berperang melawan sifat Yesus, yakni sifat yang menghambat keinginan daging agar tidak mewujudkan dirinya dalam kita. Tak heran, Paulus berkata agar kita menyalibkan daging kita. Kita bertanggung-jawab melakukan sesuatu dengan keinginan daging, dan kita hanya akan buang-buang waktu bila meminta Allah melakukan sesuatu untuk itu. Paulus juga sulit menangani sifat kedagingannya, tetapi ia bertanggung-jawab dan mengatasi sifat itu:
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak. (1 Korintus 9:27).
Anda juga harus menjadikan tubuhmu sebagai hamba dari roh anda jika anda ingin berjalan dalam kesucian di hadapan Tuhan. Yakinlah, anda sanggup melakukannya!
[1]
Karena Yohanes berkata bahwa ini adalah “kebangkitan pertama,” maka kita percaya tak ada lagi kebangkitan masal sebelum kejadian tersebut. Karena hal itu terjadi ketika berakhirnya masa kesukaran di seluruh dunia ketika Yesus kembali, maka hal itu bertentangan dengan ide pengangkatan di “masa pra-kesukaran”. Seperti kita tahu akan ada kebangkitan masal ketika Yesus datang dari sorga pada saat Pengangkatan Gereja menurut 1 Tesalonika 4:13-17. Kita akan pelajari hal itu secara lebih rinci pada bab yang berjudul Akhir Zaman.
[2]
Untuk meneliti lebih lanjut topik tentang kebangkitan, lihat Daniel 12:1-2; Yohanes 11:23-26; Kisah Para Rasul 24:14-15; 1 Korintus 15:1-57.