Bab Delapan-Belas (Chapter Eighteen)

Karunia Melayani (The Ministry Gifts)

 

Tetapi kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus. …… Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. (Efesus 4:7, 11-13, tambahkan penekanan).

Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (1 Korintus 12:28, tambahkan penekanan).

Sesuai istilahnya, karunia-karunia pelayanan adalah berbagai panggilan dan kemampuan yang diberikan kepada orang-orang percaya tertentu yang memungkinkan mereka memegang jabatan rasul, nabi, penginjil, pendeta atau guru. Tak seorangpun dapat memposisikan dirinya dalam salah satu jabatan-jabatan itu. Sebaliknya, seseorang harus merasa terpanggil dan diberikan karunia oleh Allah.

Dari lima jabatan itu, seseorang bisa saja memegang lebih dari satu jabatan, tetapi hanya kombinasi tertentu yang layak. Misalnya, bisa saja seorang percaya merasa terpanggil untuk menjabat pendeta dan guru atau nabi dan guru. Tetapi seseorang tak mungkin menjabat pendeta dan penginjil hanya karena pelayanan pendeta mensyaratkannya untuk tetap di satu tempat untuk melayani jemaat lokal, sehingga ia tak dapat memenuhi panggilan sebagai penginjil yang harus sering bepergian.

Walaupun diberikan karunia-karunia berbeda dengan tujuan-tujuan berbeda, semua lima jabatan itu telah diberikan kepada gereja untuk satu tujuan umum, yakni “memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan” (Efesus 4:12).

[1]

Tujuan setiap pelayan haruslah memperlengkapi orang-orang suci (yang merupakan arti dari kata “saints”) untuk pekerjaan pelayanan. Namun, sangat sering para pelayan bertindak seolah-olah mereka dipanggil, bukan untuk memperlengkapi orang-orang kudus untuk pelayanan, tetapi untuk menyenangkan orang-orang duniawi yang ikut beribadah di gereja. Setiap orang yang terpanggil untuk salah satu jabatan itu harus terus mengevaluasi kontribusinya kepada “tindakan memperlengkapi orang-orang kudus untuk pekerjaan pelayanan.” Jika setiap pelayan melakukannya, banyak orang akan meninggalkan banyak kegiatan yang secara keliru dianggap sebagai “pelayanan.”

Apakah Beberapa Karunia Pelayanan Hanya untuk Gereja Mula-Mula? (Were Some Ministry Gifts Only for the Early Church?)

Berapa lama karunia-karunia pelayanan itu akan diberikan kepada gereja? Yesus akan memberikan karunia-karunia itu selama orang-orangNya yang suci perlu diperlengkapi untuk pelayanan, sampai Ia kembali. Gereja terus-menerus menerima orang-orang Kristen lahir baru yang memerlukan pertumbuhan, dan kita selalu punya kesempatan untuk menjadi dewasa secara rohani.

Tetapi, sebagian orang berkesimpulan hanya ada dua jenis pelayanan kini —pendeta dan penginjil— seolah-olah Allah telah mengubah rencanaNya. Tidak, kita masih butuh pelayanan rasul, nabi dan guru seperti yang dilakukan oleh gereja mula-mula. Kita tidak menyaksikan contoh-contoh karunia itu di gereja-gereja di seluruh dunia hanya karena Yesus memberikan karunia-karunia itu kepada gerejaNya, bukan kepada gereja yang sesat, yang tidak suci dan yang injilnya sesat. Dalam gereja sesat, hanya dapat ditemukan orang-orang yang tak sanggup memenuhi peranan beberapa karunia pelayan (sebagian besar pendeta dan mungkin beberapa penginjil), tetapi mereka hampir tak menunjukkan karunia-karunia pelayanan menurut panggilan dan urapan Tuhan yang Yesus berikan kepada gerejaNya. Mereka tentu tak memperlengkapi orang-orang kudus untuk kegiatan pelayanan, karena injil yang mereka beritakan tidak menghasilkan kesucian; injil itu hanya menipu orang-orang yang menganggap diri mereka sudah diampuni. Dan orang-orang itu tak ingin diperlengkapi untuk pelayanan. Mereka tak mau menyangkali diri mereka sendiri dan tak mau memikul salibnya masing-masing.

Bagaimana Anda Tahu jika Anda Dipanggil? (How do You Know that You are Called?)

Bagaimana mengetahui apakah seseorang dipanggil untuk salah satu jabatan di gereja? Yang terutama, ia akan merasakan panggilan ilahi dari Allah. Ia akan merasa diri terbeban untuk memenuhi tugas tertentu, yang jauh lebih dari sekedar memahami adanya kebutuhan yang perlu dipenuhi. Sebaliknya, rasa lapar yang Tuhan berikan di dalam diri memaksa seseorang untuk melakukan pelayanan tertentu. Jika ia benar-benar dipanggil Allah, ia tak merasa puas sampai ia mulai memenuhi panggilannya. Hal itu tak terkait dengan penunjukan satu atau beberapa orang. Tuhanlah yang melakukan panggilan itu.

Kedua, orang yang benar-benar dipanggil akan merasa Allah memperlengkapinya untuk memenuhi tugas Allah. Setiap jabatan dari lima jabatan itu memerlukan urapan adikodrati bagi orang yang memungkinkan dia mewujudkan panggilan Allah. Dengan panggilan itu, urapan akan datang. Bila tak ada urapan, maka tak ada panggilan. Seseorang bisa berharap melakukan tugas pelayanan tertentu, masuk Sekolah Alkitab empat tahun untuk mendidik dan menyiapkannya bagi pelayanan itu; namun tanpa urapan Allah, ia tak punya kesempatan untuk berhasil.

Ketiga, ia akan tahu bahwa Allah telah membuka pintu kesempatan baginya untuk mengerjakan karunia-karunia khusus yang dimilikinya. Sehingga, ia dapat membuktikan bahwa dirinya setia, dan akhirnya ia akan dipercayakan untuk mendapat kesempatan, tanggung-jawab dan karunia-karunia yang lebih besar.

Jika seseorang belum merasakan desakan dan panggilan ilahi di dalam dirinya untuk salah satu dari lima karunia pelayanan, atau jika ia tak menyadari akan urapan khusus untuk memenuhi tugas pemberian Allah, atau jika tak ada kesempatan untuk melakukan karunia-karunia yang dianggap sebagai miliknya, maka orang itu tak perlu menjadi sesuatu yang Allah belum kehendaki baginya. Sebaliknya, ia harus bekerja untuk menjadi berkat di antara jemaat lokal, tetangganya, dan di tempat kerjanya. Meskipun tak dipanggil untuk pelayanan “lima kali lipat”, ia dipanggil untuk melayani dengan memakai karunia-karunia yang telah diberikanNya, dan ia harus tetap membuktikan kesetiaan dirinya.

Walaupun Alkitab menyebutkan lima karunia pelayanan, tidak berarti setiap orang yang memegang jabatan tertentu akan punya pelayanan yang persis sama. Paulus menulis bahwa ”ada rupa-rupa pelayanan” (1 Korintus 12:5), yang memungkinkan adanya variasi di antara para pelayan yang menjabat. Lagipula, tampak ada berbagai tingkat urapan pada orang-orang yang memegang jabatan tersebut, sehingga kita dapat membagi setiap jabatan menurut tingkat urapan. Misalnya, dibandingkan guru-guru lain, ada beberapa guru yang lebih diurapi dalam beberapa cara. Hal yang sama berlaku juga pada karunia-karunia pelayanan lainnya. Saya pribadi percaya bahwa setiap pelayan dapat melakukan hal-hal untuk meningkatkan urapan pada pelayanannya, seperti membuktikan dirinya tetap setia selama satu periode waktu dan sungguh-sungguh menyucikan dirinya untuk Allah.

Perhatian yang Lebih Dalam pada Jabatan Rasul (A Closer Look at the Office of Apostle)

Kata bahasa Gerika yang diterjemahkan sebagai rasul adalah apostolos, yang berarti “orang yang diutus.” Rasul sejati Perjanjian Baru adalah orang percaya yang diutus secara ilahi ke satu atau lebih tempat untuk mendirikan gereja. Ia meletidak akan dasar rohani dari “bangunan“ Allah dan mirip seperti “kontraktor umum,” seperti rasul Paulus tuliskan:

Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletidak akan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. (1 Korintus 3:9-10a, tambahkan penekanan).

“Ahli bangunan” atau kontraktor umum mengawasi keseluruhan proses pembangunan —ia mendapatkan gambaran tentang hasil akhir. Ia bukan ahli seperti tukang kayu atau penyusun bata. Ia bisa saja melakukan pekerjaan tukang kayu atau penyusun bata, tetapi mungkin tidak sebaik yang dilakukan oleh tukang kayu atau penyusun bata yang ahli. Demikian juga, rasul memiliki kemampuan bertugas sebagai seorang penginjil atau pendeta, tetapi hanya selama waktu yang terbatas ketika ia mendirikan gereja. (Rasul Paulus biasanya tinggal di satu tempat selama enam bulan sampai tiga tahun).

Rasul adalah ahli pembangun jemaat dan kemudian mengawasi jemaat agar tetap mengikuti jalur Allah. Rasul bertanggung-jawab menunjuk penatua/pendeta/penilik untuk menggembalakan sidang jemaat yang dibentuk oleh rasul itu (lihat Kisah Para Rasul 14:21-23; Titus 1:5).

Rasul yang Benar dan Rasul yang Sesat (True dan False Apostles)

Beberapa pelayan kini, yang ingin menguasai gereja-gereja, tampak tergesa-gesa menyatakan panggilan mereka untuk menjadi rasul-rasul, tetapi banyak yang menemui masalah. Karena mereka tidak mendirikan gereja-gereja (atau mungkin hanya satu atau dua gereja) dan tak memiliki karunia-karunia dan urapan seorang rasul yang Alkitabiah, mereka harus mencari pendeta yang tulus-hati yang akan memungkinkan mereka untuk memiliki kuasa atas gereja-gereja mereka. Jika anda seorang pendeta, jangan tersesat oleh rasul-rasul yang hanya memuliakan dirinya dan haus akan kekuasaan. Mereka biasanya ialah serigala berbulu domba yang, sering mengejar uang. Alkitab mengingatkan kita untuk melawan rasul-rasul sesat (lihat 2 Korintus 11:13; Wahyu 2:2). Jika mereka berkata bahwa mereka adalah rasul-rasul, mungkin itu indikasinya mereka bukanlah rasul-rasul. Buah-buah mereka menunjukkan siapa diri mereka.

Pendeta, yang mendirikan jemaatnya sendiri dan melayani selama bertahun-tahun, bukanlah seorang rasul. Pendeta itu, mungkin, disebut “pendeta apostolik/kerasulan” karena ia merintis jemaatnya sendiri. Namun, ia tak memegang jabatan rasul karena seorang rasul terus-menerus merintis jemaat-jemaat.

Seorang “misionaris” menduduki jabatan rasul; ia diutus dan diurapi Tuhan sesuai sebutannya kini, dan panggilan utamanya adalah mendirikan jemaat-jemaat. Di lain pihak, misionaris yang bekerja untuk mendirikan Sekolah-Sekolah Alkitab atau melatih pendeta-pendeta bukan disebut rasul, namun guru.

Pelayanan seorang rasul sejati ditandai dengan berbagai mujizat adikodrati, yang merupakan instrumen dalam membantunya membangun gereja-gereja. Paulus menulis:

Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa. (2 Korintus 12:11b-12).

Jika seseorang tidak mendapat tanda-tanda mujizat yang menyertai pelayanannya, maka ia bukanlah rasul. Jelas, rasul yang benar jarang ada, dan tidak ada rasul di dalam gereja yang sesat, yang tidak suci dan yang injilnya sesat. Saya bertemu mereka terutama di tempat-tempat di dunia yang wilayahnya masih belum terjangkau oleh Injil.

Tingkatan Tinggi Rasul (The High Rank of Apostle)

Dalam kedua daftar Perjanjian Baru dari karunia-karunia pelayan, jabatan rasul ada di urutan pertama, sehingga itulah panggilan tertinggi (lihat Efesus 4:11; 1 Korintus 12:28).

Tak seorangpun memulai pelayanannya sebagai rasul. Seseorang dapat saja dipanggil menjadi rasul secara bertahap, tetapi ia tidak akan memulai dalam jabatan itu. Ia harus mula-mula membuktikan diri sebagai orang yang setia berkhotbah dan mengajar selama bertahun-tahun, lalu akhirnya menduduki jabatan yang Allah telah siapkan untuknya. Paulus dipanggil sebagai rasul sejak masih dalam rahim ibunya, tetapi ia melayani sepenuh-waktu selama bertahun-tahun sebelum akhirnya menjabat rasul (lihat Galatia 1:15-2:1). Sebenarnya ia mulai menjabat guru dan nabi (lihat Kisah Para Rasul 13:1-2), lalu naik menjadi rasul ketika ia diutus oleh Roh Kudus (lihat Kisah Para Rasul 14:14).

Kita temukan sebutan rasul-rasul lainnya di samping Paulus dan duabelas rasul awal dalam Kisah Para Rasul 1:15-26;14:14; Roma 16:7; 2 Korintus 8:23; Galatia 1:17-19; Filipi 2:25 dan 1 Tesalonika 1:1 dengan 2:6. (Kata yang diterjemahkan temanku yang bekerja bersama-sama dalam 2 Korintus 8:23 dan teman sekerja serta teman seperjuanganku dalam Filipi 2:25 adalah kata dalam bahasa Gerika apostolos). Ini mengenyahkan teori bahwa jabatan rasul terbatas hanya kepada duabelas orang.

Tetapi, hanya duabelas rasul yang diklasifikasikan sebagai “Rasul-Rasul Domba Allah”, yang akan mendapat tempat khusus dalam pemerintahan seribu tahun Kristus (lihat Matius 19:28; Wahyu 21:14). Kita tidak lagi perlu rasul-rasul seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes yang mendapat ilham khusus untuk menulis Alkitab, karena pewahyuan Alkitab sudah lengkap. Tetapi, kita masih butuh rasul-rasul yang mendirikan jemaat-jemaat oleh kuasa Roh Kudus, sebagaimana yang dilakukan oleh Paulus dan rasul-rasul lain, seperti diuraikan dalam Kisah Para Rasul.

Jabatan Nabi (The Office of Prophet)

Nabi adalah orang yang menerima pewahyuan adikodrati dan berbicara melalui ilham ilahi. Secara alami, ia sering dipakai dalam karunia roh nubuatan juga karunia-karunia pewahyuan: kata-kata hikmat, kata-kata pengetahuan, dan pengenalan akan roh-roh.

Setiap orang percaya dapat dipakai oleh Allah dalam karunia nubuatan sesuai kehendak Roh, tetapi hal itu tak menjadikannya sebagai nabi. Mulanya, seorang nabi adalah pendeta yang dapat berkhotbah atau mengajar dengan urapan. Karena, nabi adalah panggilan tertinggi kedua (lihat urutan dalam 1 Korintus 12:28), bahkan seorang pelayan penuh-waktu tidak memegang jabatan nabi sampai ia sudah melayani beberapa tahun. Jika ia benar-benar memegang jabatan itu, ia akan memiliki kelengkapan adikodrati yang mengikuti jabatan tersebut.

Yudas dan Silas adalah dua orang yang disebut nabi dalam Perjanjian Baru. Pada Kisah Para Rasul 15:32, keduanya menyampaikan nubuatan panjang kepada jemaat Antiokhia:

Yudas dan Silas, yang adalah juga nabi, lama menasihati saudara-saudara itu dan menguatkan hati mereka.

Contoh lain seorang nabi dalam Perjanjian Baru adalah Agabus. Kisah Para Rasul 11:27-28 menyebutkan:

Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius.

Perhatikan, Agabus diberi perkataan hikmat —satu hal tentang masa-depan diungkapkan kepadanya. Agabus tentu saja tidak tahu setiap hal yang akan terjadi di masa depan; ia hanya tahu apa yang Roh Kudus ingin ungkapkan kepadanya.

Dalam Kisah Para Rasul 21:10-11, ada contoh lain mengenai ucapan hikmat yang terjadi melalui pelayanan Agabus. Kali ini, atas nama satu orang, Paulus:

Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus. Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: “Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain.”

Sesuai perjanjian baru, apakah mencari bimbingan pribadi dari nabi adalah tindakan yang Alkitabiah? Tidak. Karena tiap orang percaya memiliki Roh Kudus di dalam dirinya untuk membimbing mereka. Seorang nabi hanya menegaskan kepada orang percaya bahwa apa yang sudah diketahuinya adalah petunjuk Allah dalam rohnya sendiri. Misalnya, ketika Agabus menubuatkan kepada Paulus, ia tidak memberinya petunjuk tentang hal yang harus dilakukan oleh Paulus; ia hanya menegaskan apa yang sudah Paulus ketahui.

Seperti disebutkan sebelumnnya, Paulus memegang jabatan nabi (dan guru) sebelum ia dipanggil kepada pelayanan rasul (lihat Kisah Para Rasul 13:1). Kita tahu bahwa Paulus menerima pewahyuan dari Tuhan menurut Galatia 1:11-12, dan ia juga mengalami banyak penglihatan (lihat Kisah Para Rasul 9:19; 18:9-10; 22:17-21; 23:11; 2 Korintus 12:1-4).

Rasul-rasul sejati tidak ditemukan di dalam jemaat yang sesat. Jemaat yang sesat akan (dan benar-benar) menolak nabi-nabi sejati seperti Silas, Yudas atau Agabus. Nabi-nabi sejati akan membawa pewahyuan tentang ketidaksenangan Allah terhadap ketidaktaatan mereka (seperti yang dilakukan Yohanes kepada sebagian besar jemaat di Asia Kecil pada dua pasal awal Kitab Wahyu). Jemaat yang sesat tidak terbuka akan hal tersebut.

Jabatan Guru (The Office of Teacher)

Menurut urutan dalam 1 Korintus 12:28, jabatan guru adalah panggilan tertinggi ketiga. Guru adalah orang yang diurapi secara adikodrati untuk mengajar Firman Tuhan. Hanya karena seseorang mengajarkan Alkitab tidak berarti ia adalah guru Perjanjian Baru. Banyak orang mengajar hanya karena mereka ingin atau merasa wajib, tetapi seseorang yang menjabat guru diberikan karunia adikodrati untuk mengajar. Guru sering diberikan pewahyuan adikodrati mengenai Firman Tuhan dan ia dapat menjelaskan Alkitab dalam cara yang mudah dipahami dan dapat diterapkan.

Dalam Perjanjian Baru, Apolos adalah teladan orang yang menjabat guru. Paulus membandingkan pelayanan apostoliknya dengan pelayanan pengajaran Apolos dalam 1 Korintus, dengan berkata:

Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. …… Aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletidak akan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. (1 Korintus 3:6, 10b, tambahkan penekanan).

Apolos tidak melakukan perintisan awal atau peletakan dasar. Malahan, ia menyirami tunas-tunas baru dengan Firman Tuhan dan membangun tembok pada fondasi yang ada.

Apolos disebutkan juga dalam Kisah Para Rasul 18:27-28:

Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.

Perhatikan, Apolos “banyak membantu” orang-orang yang telah menjadi Kristen dan pengajarannya “memiliki kuasa.” Pengajaran yang diurapi selalu memiliki kuasa.

Bagi jemaat, pelayanan pengajaran bahkan lebih pentung daripada pekerjaan mujizat-mujizat atau karunia-karunia kesembuhan. Itu sebabnya, pelayanan pengajaran dicantumkan sebelum karunia-karunia dalam 1 Korintus 12:28:

Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (tambahkan penekanan).

Sayangnya, orang-orang percaya kadang-kadang lebih tertarik melihat kesembuhan bukannya mendengarkan pengajaran Firman yang mudah dipahami yang akan menghasilkan pertumbuhan rohani dan kesucian bagi kehidupan mereka.

Alkitab berbicara tentang khotbah dan pengajaran. Pengajaran lebih logis dan memberi arahan, sedangkan khotbah lebih memberikan ilham dan dorongan. Penginjil umumnya berkhotbah. Guru dan pendeta umumnya mengajar. Rasul berkhotbah dan mengajar. Patut disesalkan, beberapa orang percaya tidak mengakui nilai pengajaran. Sebagian bahkan menganggap bahwa waktu urapan turun kepada pembicara adalah saat ia berkhotbah dengan keras dan cepat! Tidaklah demikian.

Yesus adalah teladan terbaik dari guru yang diurapi. PengajaranNya adalah bagian dominan dalam pelayananNya di mana banyak orang menunjukNya sebagai “Guru” (Matius 8:19; Markus 5:35; Yohanes 11:28).

Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang guru dan pengajaran, lihat Kisah Para Rasul 2:42; 5:21, 25, 28, 42; 11:22-26;13:1; 15:35; 18:11; 20:18-20; 28:30-31; Roma 12:6-7; 1 Korintus 4:17; Galatia 6:6; Kolose 1:28; 1 Timotius 4:11-16; 5:17; 6:2; 2 Timotius 1:11; 2:2 dan Yakobus 3:1. Ayat terakhir menyatakan bahwa guru-guru akan mendapatkan hukuman lebih berat, sehingga mereka harus lebih hati-hati dengan pengajaran mereka. Mereka hanya boleh mengajarkan Firman.

Jabatan Penginjil (The Office of Evangelist)

Penginjil adalah orang yang diurapi untuk memberitakan Injil. Pesan-pesannya didesain untuk memimpin setiap orang kepada pertobatan dan iman dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia disertai dengan mujizat-mujizat yang menarik perhatian orang yang tidak percaya, dan dia dituntut akan kebenaran dari pesan yang disampaikannya.

Pasti ada banyak penginjil di jemaat mula-mula, tetapi hanya satu orang penginjil dalam Kisah Para Rasul. Namanya Filipus: “Pada keesokan harinya kami berangkat dari situ dan tiba di Kaisarea. Kami masuk ke rumah Filipus, pemberita Injil itu, yaitu satu dari ketujuh orang yang dipilih di Yerusalem, dan kami tinggal di rumahnya.” (Kisah Para Rasul 21:8, tambahkan penekanan).

Filipus memulai pelayanannya sebagai hamba (atau mungkin “diaken”) yang menunggu di meja (lihat Kisah Para Rasul 6:1-6). Jabatannya naik menjadi penginjil sekitar masa penganiayaan gereja yang terkait dengan peristiwa mati sahidnya Stefanus. Penyampaian khotbah Injil pertamanya dialkukan di Samaria:

Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu. (Kisah Para Rasul 8:5-8).

Perhatikanlah, Filipus punya satu pesan —Kristus. Ia bertujuan untuk memuridkan orang-orang, yakni menjadi pengikut yang taat kepada Kristus. Ia menyatakan Kristus sebagai pembuat mujizat, Anak Allah, Tuhan, Juruselamat dan Hakim yang segera datang. Ia mendesak orang-orang untuk bertobat dan mengikuti Tuhannya.

Perhatikan juga, Filipus dibekali dengan berbagai mujizat adikodrati yang menegaskan pesannya. Orang yang memegang jabatan penginjil akan diurapi dengan karunia-karunia kesembuhan dan karunia-karunia lain dari roh. Gereja yang sesat hanya punya penginjil sesat yang menyampaikan injil sesat. Dunia kini penuh dengan penginjil seperti itu, dan jelaslah Allah tidak meneguhkan pesan mereka dengan mujizat-mujizat dan kesembuhan. Itu karena mereka tidak memberitakan InjilNya. Dan mereka tidak sungguh-sungguh memberitakan tentang Kristus, dan biasanya berkhotbah tentang kebutuhan manusia dan bagaimana Kristus dapat memberikan hidup berkelimpahan, atau berkhotbah tentang rumusan keselamatan yang tidak membahas tentang pertobatan. Juga, mereka memimpin orang kepada pertobatan sesat yang meredakan rasa bersalah mereka namun tidak menyelamatkan mereka. Hasil-hasil penyampaian khotbah mereka adalah orang-orang hanya punya sedikit kesempatan untuk dilahirkan kembali, karena kini mereka tak perlu menerima apa yang mereka anggap sudah dimiliki. Para penginjil itu sebenarnya membantu membangun kerajaan Setan.

Jabatan penginjil tidak disebutkan dengan karunia-karunia pelayanan lainnya dalam 1 Korintus 12:28 juga dalam Efesus 4:11. Tetapi, saya anggap bahwa acuan kepada “berbagai mujizat dan karunia kesembuhan” berlaku pada jabatan penginjil karena berbagai mujizat dan karunia kesembuhan memberikan karakter kepada pelayanan Filipus sang penginjil, dan berbagai mujizat dan karunia kesembuhan itu biasanya memberikan penegasan adikodrati kepada pelayanan seorang penginjil.

Banyak orang, yang pergi dari gereja ke gereja yang menyebut diri mereka penginjil, benar-benar bukan penginjil karena mereka hanya berkhotbah di gedung-gedung gereja kepada orang-orang Kristen, dan mereka tak dibekali dengan karunia-karunia kesembuhan atau mujizat. (Sebagian orang pura-pura memiliki karunia-karunia itu, tetapi mereka hanya membodohi orang-orang yang naif. Mujizat-mujizat mereka membuat orang-orang tersandung sesaat, ketika ketika mereka menyesatkan orang-orang itu). Para pelayan keliling itu bisa saja menjadi pengkhotbah atau penasehat (lihat Roma 12:8), tetapi mereka tidak menduduki jabatan penginjil. Allah bisa saja memulai pelayanan seseorang sebagai penasehat atau pengkhotbah, lalu menaikkan posisinya ke jabatan penginjil.

Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang jabatan penginjil, baca Kisah Para Rasul 8:4-40, catatan pelayanan Filipus. Perhatikan juga pentingnya saling-ketergantungan karunia-karunia pelayan (lihat ayat-ayat 14-25) dan bagaimana Filipus menginjili orang banyak dan dipimpin Allah untuk melayani setiap orang juga (lihat Kisah Para Rasul 8:25-39).

Tampaknya, penginjil ditugaskan untuk membaptiskan para petobat, tetapi ia tak secara langsung ditugaskan melayani baptisan Roh Kudus kepada orang-orang percaya baru. Tugas itu menjadi tanggung-jawab rasul-rasul atau pendeta/penatua/penilik.

Jabatan Pendeta (The Office of Pastor)

Pada dua bab terdahulu, saya bandingkan peranan pendeta menurut Alkitab dengan peranan pendeta-pendeta gereja lembaga. Tetapi, masih ada orang yang mengatakan tentang pelayanan pendeta.

Untuk mengerti sepenuhnya pengajaran Alkitab tentang jabatan pendeta, kita perlu mengerti tiga kata bahasa Gerika, yakni (1) poimen, (2) presbuteros dan (3) episkopos. Ketiga kata itu diterjemahkan sebagai (1) shepherd atau gembala/pendeta, (2) penatua, dan (3) penilik atau bishop.

Kata poimen disebutkan delapan-belas kali dalam Perjanjian Baru dan diterjemahkan shepherd/gembala tujuh-belas kali dan pendeta satu kali. Bentuk kata kerja poimaino disebutkan sebelas kali dan paling sering diterjemahkan menjadi shepherd/gembala.

Dalam Perjanjian Baru, kata dalam bahasa Gerika presbuteros disebutkan enam-puluh enam kali, yang diterjemahkan sebagai penatua atau tua-tua.

Kata bahasa Gerika episkopos disebutkan lima kali dalam Perjanjian Baru, dan empat kali diterjemahkan sebagai penilik. Terjemahan dalam Alkitab King James adalah bishop.

Ketiga kata di atas menunjuk pada jabatan di gereja, dan digunakan secara bergantian. Kapanpun rasul Paulus membentuk jemaat, ia mengangkat penatua-penatua (presbuteros) yang ia tinggalkan untuk menjaga jemaat-jemaat lokal (lihat Kisah Para Rasul 14:23, Titus 1:5). Mereka bertanggung-jawab menjadi penilik (episkopos) dan menggembalakan (poimaino) domba-dombanya. Misalnya, dalam Kisah Para Rasul 20:17 kita baca:

Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua [presbuteros] jemaat datang ke Miletus. (tambahkan penekanan).

Dan, apa yang Paulus katakan kepada penatua-penatua gereja?

Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik [episkopos], untuk menggembalakan [poimaino] jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri. (Kisah Para Rasul 20:28, tambahkan penekanan).

Perhatikan pemakaian tiga kata yang sama artinya dalam bahasa Gerika. Ketiganya bukanlah jabatan berbeda. Paulus berkata kepada penatua-penatua bahwa mereka adalah penilik yang bertindak seperti gembala.

Petrus menuliskan dalam suratnya yang pertama:

Aku menasihatkan para penatua [presbuteros] di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Gembalakanlah [poimaino] kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. (1 Petrus 5:1-4, tambahkan penekanan).

Petrus meminta para penatua untuk menggembalakan domba-domba mereka. Kata kerja yang diterjemahkan di sini shepherd diterjemahkan (dalam bentuk kata benda) sebagai gembala dalam Efesus 4:11:

Dan Ialah [Yesus] yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar. (tambahkan penekanan).

Maka, kita percaya bahwa penatua dan pendeta adalah sama. Paulus juga memakai kata penatua (presbuteros) dan kata penilik (episkopos) secara bergantian dalam Titus 1:5-7:

Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau menetapkan penatua-penatua di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu. ….Seorang penilik jemaat harus tidak bercacat. (tambahkan penekanan).

Jadi, memang jabatan pendeta, penatua, dan penilik sama sekali bukan jabatan sama. Karena itu, apapun tulisan tentang penilik dan penatua dalam suratan-suratan Perjanjian Baru berlaku bagi pendeta.

Pengaturan Gereja (Church Governance)

Dari kutipan ayat-ayat Alkitab di atas, jelas bahwa penatua/pendeta/penilik diberikan tugas untuk mengawasi gereja secara rohani, dan juga mereka diberi kuasa untuk mengatur. Sederhananya, setiap penatua/pendeta/penilik bertanggung-jawab, dan para anggota jemaat harus tunduk kepada mereka:

Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan Firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. (Ibrani 13:17).

Sudah tentu, tak ada orang Kristen yang tunduk pada pendeta yang tidak tunduk pada Allah, namun memang tidak ada pendeta yang sempurna. Setiap pendeta/penatua/penilik memiliki kuasa atas gereja sebagaimana seorang ayah memiliki kuasa atas keluarganya:

Karena itu penilik [pendeta/penatua] jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, …. seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya (jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?) (1 Timotius 3:2-5, tambahkan penekanan).

Paulus selanjutnya berkata,

Penatua-penatua [pendeta-pendeta /penilik] yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (1 Timotius 5:17, tambahkan penekanan).

Jelaslah, penatua mendapat bagian sebagai pimpinan di gereja.

Penatua yang tidak Alkitabiah (Unscriptural Elders)

Banyak gereja percaya bahwa struktur pimpinannya sesuai Alkitab karena ada beberapa penatua yang mengatur dalam gereja. Masalahnya adalah mereka memiliki konsep keliru tentang penatua. Penatua dipilih secara reguler dan digilir di dalam jemaat. Mereka sering disebut sebagai “Dewan Penatua.” Tetapi, mereka bukanlah para penatua menurut definisi Alkitab. Jika kita perhatikan syarat yang diuraikan oleh Paulus untuk orang yang akan menjadi penatua, hal itu cukup jelas. Paulus menulis bahwa penatua menjabat penuh-waktu, sehingga harus digaji, dan mengajar/berkhotbah dan mengatur jabatan di dalam gereja (lihat 1 Timotius 3:4-5; 5:17-18; Titus 1:9). Hanya sedikit sekali, jika ada, orang yang duduk di “badan penatua” gereja yang memenuhi syarat-syarat itu. Mereka tak dibayar; mereka tidak berkhotbah atau mengajar; mereka tidak bekerja penuh-waktu di gereja; dan mereka jarang tahu cara mengelola satu gereja.

Tata kelola gereja yang tidak Alkitabiah dapat menimbulkan lebih banyak masalah di dalam gereja-gereja lokal dibandingkan hal-hal lain. Ketika orang-orang yang keliru mengelola gereja, maka akan muncul kesulitan. Tata kelola itu dapat menimbulkan konflik, kompromi dan kehancuran total gereja. Struktur pengaturan gereja yang tidak Alkitabiah bagaikan mengundang masuk si Iblis.

Saya tersadar karena saya tengah menulis bagi pendeta-pendeta di gereja-gereja lembaga dan juga di gereja-gereja rumah. Beberapa pendeta gereja lembaga dapat melayani atau menggembalakan gereja-gereja yang telah memiliki struktur pengaturan gereja yang tidak Alkitabiah di mana penatua dipilih dari jemaat. Struktur pengaturan itu biasanya tak dapat diubah tanpa muncul perselisihan.

Saya sarankan kepada pendeta-pendeta itu, dengan pertolongan Allah, untuk sebaik-baiknya merubah struktur penataan gereja dan menghadapi kemungkinan munculnya konflik sesaat, karena konflik nanti tak dapat dihindari jika ia tak berbuat sesuatu. Jika ia berhasil menghadapi kesulitan sesaat, ia akan terhindar dari kesulitan kelak. Jika ia gagal, ia dapat memulai gereja baru dan melakukannya dari awal lagi menurut Alkitab.

Walaupun menyakitkan, akhirnya ia akan menghasilkan buah lebih banyak untuk Kerajaan Allah. Jika mereka yang kini mengatur gerejanya adalah murid-murid sejati Kristus, ia benar-benar punya kesempatan untuk dapat meyakinkan mereka untuk mengubah struktur jika ia dapat meyakinkan para pendeta untuk membuat perubahan yang diperlukan menurut Alkitab.

Pluralitas Penatua? (The Plurality of Elders?)

Sebagian orang menyatakan bahwa penatua selalu disebut dalam Alkitab dalam bentuk jamak, maka tidaklah Alkitabiah bila kita hanya memiliki seorang penatua/pendeta/ penilik yang memimpin kawanan domba. Tetapi, menurut saya, itu bukan bukti kesimpulan. Alkitab memang menyebutkan hal itu di kota-kota tertentu lebih dari yang dilakukan oleh seorang penatua untuk mengawasi jemaat, tetapi it tidak berkata bahwa penatua-penatua itu sama kedudukannya atas satu sidang jemaat. Misalnya, ketika Paulus mengumpulkan para penatua dari Efesus (lihat Kisah Para Rasul 20:17), jelas mereka itu berasal dari satu kota di mana keseluruhan tubuh Kristus terdiri dari ribuan dan mungkin puluhan ribu orang (lihat Kisah Para Rasul 19:19). Jadi, pasti ada banyak jemaat/kawanan domba di Efesus, dan mungkin saja tiap penatua mengawasi satu gereja rumah.

Alkitab tidak menyebut contoh di mana Allah memanggil satu komite untuk melakukan satu tugas. Ketika Ia hendak membebaskan Israel dari Mesir, Ia memanggil hanya satu orang pemimpin, yakni Musa. Orang-orang lain dipanggil untuk membantu Musa, tetapi kedudukan semuanya ada di bawah Musa, dan seperti Musa, masing-masing memiliki tanggung-jawab perorangan atas sub-kelompok tertentu. Pola ini berkali-kali muncul dalam Alkitab. Ketika Allah memiliki tugas, Ia memanggil seseorang untuk bertanggung-jawab, dan Ia memanggil orang-orang lain untuk membantu orang itu.

Jadi, tidak mungkin Allah memanggil sekumpulan penatua yang memiliki kuasa sama untuk mengawasi setiap gereja rumah yang berangotakan duapuluh orang. Tampaknya ini hanya mengundang masalah.

Bukan berarti, setiap gereja rumah harus diawasi oleh hanya satu penatua. Dengan kata lain, jika ada lebih dari satu penatua di sebuah gereja, (para) penatua yang lebih muda dan kurang dewasa rohani harus tunduk kepada penatua tertua dan paling dewasa rohani. Menurut Alkitab, gereja-gereja, bukan sekolah-sekolah Alkitab, yang harus menjadi tempat pelatihan bagi para pendeta/penatua/penilik muda, sehingga mungkin dan bahkan menyenangkan karena ada beberapa penatua/pendeta/penilik di satu gereja rumah, di mana orang yang lebih muda rohani didisiplinkan oleh orang yang lebih tua rohani.

Saya perhatikan gejala ini bahkan di gereja-gereja yang diawasi oleh para penatua “yang sederajat”. Selalu ada seseorang yang dihormati oleh penatua-penatua lain. Atau ada seorang yang dominan selagi orang-orang lain lebih pasif. Jika tidak, akhirnya akan timbul masalah. Nyata, badan/komite selalu memilih seorang ketua. Ketika kelompok orang yang sederajat memulai satu tugas, mereka harus punya satu pemimpin. Maka, itu ada di gereja.

Lagipula, Paulus berkata bahwa tanggung-jawab penatua setara dengan tanggung-jawab kepala keluarga dalam 1 Timotius 3:4-5. Penatua harus menata rumah-tangganya, jika ia hendak memenuhi syarat untuk menata gereja. Tetapi seberapa baik penataan satu keluarga dengan dua bapak? Saya ragu, nanti akan timbul masalah.

Para penatua/pendeta/penilik harus punya satu jaringan dalam organisasi lokal yang lebih besar sehingga ada saling tanggung-jawab antar sesama penatua yang dapat membantu jika timbul masalah yang perlu bantuan mereka. Paulus menulis tentang “sidang penatua” (lihat 1 Timotius 4:14), yang harus melakukan pertemuan presbuteros (para penatua) dan mungkin orang-orang lain yang memiliki karunia-karunia pelayan. Jika ada seorang rasul pendiri, ia dapat juga membantu jika timbul masalah dalam satu gereja lokal akibat kesalahan penatua. Ketika pendeta gereja lembaga melanggar aturan, maka timbullah masalah besar oleh karena struktur gereja. Sebuah gedung dan program-program harus dipertahankan. Tetapi, gereja-gereja rumah seketika dapat dibubarkan ketika pendeta melanggar aturan. Para anggota hanya dapat bergabung dengan gereja lain.

Kuasa untuk Melayani (Authority to Serve)

Karena Allah memberikan otoritas rohani dan pemerintahan kepada pendeta di dalam jemaat, hal ini tak memberikannya hak untuk mendominasi umatnya. Ia bukanlah Tuhan mereka —Yesus adalah Tuhan mereka. Mereka bukanlah kawanan dombanya —mereka adalah kawanan domba Allah.

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu. (1 Petrus 5:2-4, tambahkan penekanan).

Ingatlah, suatu hari di hadapan tahta penghakiman Kristus, setiap pendeta harus memberikan laporan pelayanannya.

Selain itu, dalam urusan keuangan, pendeta/penatua/penilik tidak boleh bertindak sendiri-sendiri. Jika ada uang yang dikumpulkan secara teratur atau dari mana saja asalnya dengan alasan apapun, orang-orang lain dalam tubuh Kristus harus bertanggung-jawab agar tidak timbul kecurigaan tentang pengelolaan dana (lihat 2 Korintus 8: 18-23). Pengelolaan itu bisa saja dilakukan oleh satu kelompok yang dipilih atau ditunjuk.

Menggaji Penatua (Paying Elders)

Alkitab jelas menyatakan bahwa penatua/penilik/pendeta harus diberi upah, karena mereka bekerja sepenuh waktu di gereja. Paulus menulis,

Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. Bukankah Kitab Suci berkata: “Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,” dan lagi “seorang pekerja patut mendapat upahnya.” (1 Timotius 5:17-18).

Masalahnya jelas —Paulus bahkan memakai kata upah. Bila diperhatikan konteksnya, maka kita paham frasenya yang kurang jelas bahwa para penatua yang memimpin layak mendapat kehormatan dua kali lipat. Di ayat-ayat sebelumnya, Paulus jelas menulis tentang tanggung-jawab gereja untuk memberi bantuan dana bagi para janda, dan ia memulainya dengan memakai ungkapan yang sama: “Hormatilah janda-janda yang benar-benar janda.” (lihat 1Timotius 5:3-16). Sehingga dalam konteks ini, menghormati berarti memberi bantuan dana. Para penatua yang memimpin dengan baik dianggap layak dihormati dua kali lipat, dengan menerima sedikitnya dua kali jumlah dari yang diberikan kepada para janda dan lebih banyak lagi jika mereka punya anak-anak yang perlu dibantu.

Gereja lembaga di seluruh dunia mendukung pendeta-pendetanya (dan bahkan di negara-negara miskin), tetapi sepertinya banyak gereja rumah di seluruh dunia, terutama di negara-negara Barat, tidak mendukung para pendetanya. Saya yakin, ada banyak motif orang-orang di Barat untuk bergabung dengan gereja-gereja rumah karena mereka benar-benar berontak di dalam hatinya, dan mereka mencari dan menemukan bentuk Kekristenan yang paling sedikit menuntut pengorbanan mereka di atas bumi. Mereka berkata bahwa mengikuti gereja rumah karena ingin lari dari ikatan gereja lembaga, tetapi mereka benar-benar ingin lari dari komitmen mereka kepada Kristus. Mereka temukan gereja-gereja yang tidak meminta komitmen keuangan, gereja-gereja yang menentang apa yang Kristus harapkan dari murid-muridNya. Orang yang ilahnya adalah uang dan yang terbukti demikian adanya dengan menumpuk harta di bumi bukannya di sorga bukanlah murid sejati Kristus (lihat Matius 6:19-24; Lukas 14:33). Jika Kekristenan seseorang tidak mempengaruhi perilakunya terhadap uangnya, maka ia sama sekali bukan orang Kristen.

Gereja-gereja rumah yang menyatakan Alkitab sebagai dasarnya harus mendukung para pendeta mereka, juga memelihara kaum miskin dan mendukung misi. Dalam hal memberi dan keuangan, gereja-gereja rumah pasti lebih unggul dibandingkan gereja-gereja lembaga, karena mereka tak perlu membiayai gedung dan tak perlu menggaji staf. Hanya diperlukan sepuluh orang untuk memberi perpuluhan demi mendukung seorang pendeta. Sepuluh orang yang memberi 20% dari pendapatannya dapat mendukung sepenuhnya seorang pendeta dan misionaris lain yang standar hidupnya sama dengan pendeta mereka.

Apa tugas Pelayan? (What do Ministers do?)

Andaikan kita bertanya kepada rata-rata jemaat yang hadir di gereja, “Hal-hal berikut ini menjadi tugas siapa?”

Siapa yang harus menginjili orang yang belum selamat? Siapa yang harus hidup suci? Siapa yang harus berdoa? Siapa yang harus memberi peringatan, memberi dorongan dan membantu orang-orang percaya lainnya? Siapa yang harus mengunjungi orang-orang sakit? Siapa yang harus menumpangkan tangan dan menyembuhkan orang-orang sakit? Siapa yang harus menanggung beban orang lain? Siapa yang harus mengerjakan karunia-karunianya atas nama tubuh Kristrus? Siapa yang harus menyangkal dirinya, berkorban demi Kerajaan Allah? Siapa yang harus melakukan pemuridan dan membaptiskan murid-murid, sambil mengajar mereka untuk menaati perintah-perintah Kristus?

Bisanya banyak jemaat gereja menjawab dengan yakin, “semua itu tanggung-jawab pendeta.” Benarkah demikian?

Menurut Alkitab, setiap orang percaya harus memberitakan Injil kepada orang yang belum selamat:

Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat. (1 Petrus 3:15).

Setiap orang percaya harus hidup suci:

Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. (1 Petrus 1:15-16)

Setiap orang percaya harus berdoa:

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. 1 Tesalonika 5:16-17).

Setiap orang percaya harus menasehati, menegur dan membela sesama orang percaya:

Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. (1 Tesalonika 5:14, tambahkan penekanan).

Setiap orang percaya harus mengunjungi orang sakit:

Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (Matius 25:36).

Lebih Lagi Tanggung-jawab (More Responsibilities)

Tidak cukup. Setiap orang percaya harus menumpangkan tangan untuk kesembuhan orang-orang sakit:

“Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletidak akan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Markus 16:17-18, tambahkan penekanan).

Setiap orang percaya harus saling menanggung beban orang-orang percaya lain:

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. (Galatia 6:2).

Setiap orang percaya harus memfungsikan karunia-karunianya atas nama orang lain:

Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. (Roma 12:6-8).

Setiap orang percaya harus menyangkali dirinya, berkorban demi pemberitaan Injil:

“Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-muridNya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal diri nya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya”. (Markus 8:34-35, tambahkan penekanan).

Dan, setiap orang percaya harus melakukan pemuridan dan membaptiskan murid-murid, mengajari mereka untuk menaati perintah-perintah Kristus:

Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:19, tambahkan penekanan).

Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (Ibrani 5:12, tambahkan penekanan).

Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20, tambahkan penekanan).

[2]

 

Semua tanggung-jawab itu diberikan kepada setiap orang percaya, namun sebagian anggota gereja menganggap tugas-tugas itu hanya diberikan kepada pendeta! Alasannya mungkin karena pendeta sendiri sering menganggap tugas-tugas itu sebagai tanggung-jawabnya.

Jadi, Apa yang Harus Dilakukan oleh Seorang Pendeta? (So What are Pastors Supposed to do?)

Bila semua tanggung-jawab diberikan kepada setiap orang percaya, lalu apa yang harus dilakukan oleh pendeta? Sederhana saja, pendeta dipanggil untuk memperlengkapi orang-orang percaya yang kudus untuk melakukan pekerjaan pelayanan tersebut (lihat Efesus 4:11-12). Pendeta dipanggil untuk mengajar orang-orang percaya yang kudus untuk menaati semua perintah Kristus (lihat Matius 28:19-20) melalui pengajaran dan teladan (lihat 1 Timotius 3:2; 4:12-13; 5:17; 2 Timotius 2:2; 3:16-4:4; 1 Petrus 5:1-4).

Alkitab tak dapat memperjelas hal itu. Peran pendeta menurut Alkitab bukanlah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin orang pada ibadah pagi hari Minggu. Perannya adalah ”memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus”. (Kolose 1:28). Pendeta yang Alkitabiah tidak memuaskan keinginan telinga orang-orang (lihat 2 Timotius 4:3); mereka mengajar, mendidik orang dalam kebenaran, memberi nasehat, menegur, memperbaiki, mengecam dan menghardik, yang semuanya berdasarkan Firman Tuhan (lihat 2 Timotius 3:16-4:4).

Paulus membuat persyaratan bagi seseorang untuk menjabat pendeta dalam surat pertamanya kepada Timotius. Empatbelas dari limabelas suratnya terkait dengan karakter pendeta, yang menunjukkan bahwa yang terpenting adalah teladan gaya hidupnya:

Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. (Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?) Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (1 Timotius 3:1-7).

Membandingkan semua syarat tersebut dengan syarat-syarat yang terdapat dalam daftar gereja-gereja lembaga yang mencari pendeta baru menjadi tanda adanya masalah di banyak gereja. Mereka mencari manager karyawan/ penyelenggara hiburan/ narasumber/ administrator/ psikolog/ direktur kegiatan dan program/ pengumpul dana/ sahabat semua orang/ pekerja. Mereka ingin orang untuk “melakukan pelayanan gereja.” Tetapi, penilik menurut Alkitab haruslah orang yang berkarakter unggul dan berkomitmen kepada Kristus, hamba yang sejati, karena tujuannya adalah mencari orang yang akan mengikutinya. Ia harus berkata kepada pengikutnya, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (1 Korintus 11:1).

Untuk penelitian lanjutan tentang jabatan pendeta, lihat juga Kisah Para Rasul 20:28-31; 1 Timotius 5:17-20; dan Titus 1:5-9.

Jabatan Diaken (The Office of Deacon)

Pada akhirnya, saya ingin sebutkan tentang diaken. Jabatan diaken adalah satu-satunya jabatan dalam gereja lokal, dan jabatan itu ada di antara lima karunia pelayan. Diaken tak punya kuasa memerintah dalam gereja seperti halnya penatua. Bahasa Gerika yang diterjemahkan sebagai diaken adalah diakonos, yang arti sebenarnya adalah “hamba.”

Tujuh orang yang ditunjuk untuk tugas harian memberi makan para janda di jemaat Yerusalem biasanya dianggap sebagai diaken-diaken pertama (lihat Kisah Para Rasul 6:1-6). Mereka dipilih oleh jemaat dan ditugaskan oleh rasul-rasul. Dua dari mereka, Filipus dan Stefanus, kemudian diangkat oleh Allah menjadi penginjil yang kuat.

Diaken juga dibicarakan dalam 1 Timotius 3:8-13 dan Filipi 1:1. Tampaknya jabatan ini dapat diisi oleh seorang pria atau wanita (lihat 1 Timotius 3:11).

 


[1]

Ungkapan ini hanyalah cara lain untuk mengatakan, “Untuk melakukan pemuridan of Yesus Kristus.”

[2]

Jika murid-murid Yesus diharapkan mengajar murid-murid mereka untuk menaati segala sesuatu yang telah Ia perintahkan, maka mereka selanjutnya akan mengajar murid-murid mereka untuk melakukan pemuridan sendiri, dengan membaptis dan mengajar mereka untuk menaati semua yang Kristus perintahkan. Sehingga, pemuridan, pembaptisan dan pengajaran bagi murid-murid menjadi perintah berkelanjutan yang mengikat setiap murid berikutnya.