Bab Tigapuluh-Satu (Chapter Thirty-One)

Bab Tigapuluh-Satu (Chapter Thirty-One)

Kita teruskan bab ini dengan memperhatikan berbagai pengajaran tambahan yang keliru tetapi tersebar luas mengenai Setan dan peperangan rohani. Di bagian kesimpulan, kita akan perhatikan apa sebenarnya perkataan Alkitab mengenai peperangan rohani yang harus dipraktekkan oleh setiap orang percaya.

Mitos #5: “Kita dapat menghancurkan kubu pertahanan roh jahat di udara melalui peperangan rohani.”

Menurut Alkitab, memang Setan mengatur hirarki roh-roh jahat yang menghuni udara dan yang membantunya untuk memerintah kerajaan kegelapan. Ada konsep bahwa roh-roh jahat itu bersifat “teritorial”, yang menguasai wilayah-wilayah geografis tertentu. Konsep ini juga terdapat dalam Alkitab (lihat Daniel 10:13, 20-21; Markus 5:9-10). Berdasarkan Alkitab, orang-orang Kristen berkuasa mengusir roh-roh agar keluar dari tubuh orang lain, dan bertanggung-jawab melawan Iblis (lihat Markus 16:17; Yakobus 4:7; 1 Petrus 5:8-9). Tetapi, sanggupkah orang-orang Kristen menghancurkan roh-roh jahat di atas kota-kota? Mereka tak sanggup, dan hanya buang-buang waktu saja untuk coba melakukannya.

Bila kita dapat mengusir roh-roh jahat dari orang-orang, jangan anggap kita dapat menghancurkan roh-roh jahat di atas sebuah kota. Dalam kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul, ada banyak contoh pengusiran roh-roh jahat keluar dari tubuh orang-orang, tetapi dapatkah anda bayangkan satu contoh dalam kitab Injil atau Kisah Para Rasul di mana seseorang menghancurkan roh jahat yang menguasai sebuah kota atau wilayah geografis? Anda tak dapat, karena tak ada contohnya. Dapatkah anda pikirkan satu saja instruksi di dalam suratan-suratan tentang tanggung-jawab kita untuk menghancurkan roh jahat dari udara? Tidak, tak ada satupun instruksi. Karena itu, kita tak punya dasar Alkitabiah untuk meyakini bahwa kita dapat atau harus melakukan “peperangan rohani” untuk melawan roh-roh jahat di udara.

Terlalu Jauh Mengartikan Perumpamaan (Pushing Parables Too Far)

Menelusuri arti ke dalam Alkitab yang melebihi maksud Allah adalah kesalahan yang sering dilakukan orang-orang Kristen ketika mereka membaca perikop-perikop Alkitab yang berisi bahasa metafora. Contoh klasik kesalahan tafsiran bahasa metafora adalah cara banyak orang menafsirkan perkataan Paulus tentang “menghancurkan kubu pertahanan”:

Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna. (2 Korintus 10:3-6).

Bukannya berkata “kita akan hancurkan spekulasi-spekulasi”, Alkitab versi King James berkata bahwa kita akan “hancurkan kubu pertahanan.” Dari satu frase metafora itu, praktis berkembang sebuah teologi untuk mempertahankan ide melakukan “peperangan rohani” untuk “menghancurkan kubu pertahanan” yang berupa roh-roh jahat di udara. Tetapi, menurut Alkitab New American Standard (NASB), Paulus berbicara, bukan tentang roh-roh jahat di udara, tetapi tentang kubu pertahanan keyakinan yang keliru di dalam pikiran orang-orang. Paulus menyerang spekulasi, bukan roh-roh jahat di tempat-tempat tinggi.

Hal itu bahkan menjadi lebih jelas ketika kita baca menurut konteks. Paulus berkata, “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (tambahkan penekanan). Peperangan yang Paulus tulis secara simbolis adalah peperangan melawan setiap pikiran atau ide yang berbeda dengan pengenalan yang benar akan Allah.

Dengan memakai metafora militer, Paulus menjelaskan bahwa kita tengah berperang, yakni berperang melawan pikiran-pikiran orang-orang yang mempercayai dusta Setan. Senjata utama dalam peperangan adalah kebenaran, sebagai alasan kita diperintahkan untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil, menyerang wilayah musuh dengan pesan pembebasan tawanan. Benteng-benteng yang akan kita hancurkan telah dibangun dengan tembok-tembok dusta yang direkat dengan adukan tipuan.

Perlengkapan Senjata Allah (The Whole Armor of God)

Perikop lain dalam tulisan-tulisan Paulus yang sering disalah-tafsirkan adalah Efesus 6:10-17, di mana ia menulis tentang tanggung-jawab kita untuk mengenakan perisai Allah. Walaupun perikop itu menguraikan perjuangan orang Kristen melawan Iblis dan roh-roh jahat, tak ada sebutan tentang penghancuran roh-roh jahat di atas kota-kota. Ketika kita pelajari perikop itu dengan cermat, tampak jelas bahwa Paulus khusus menulis tentang tanggung-jawab setiap orang untuk melawan rencana-rencana Setan dalam kehidupan pribadinya dengan menerapkan kebenaran Firman Allah.

Ketika membaca perikop khusus itu, perhatikan juga bahasa metafora yang jelas ada. Paulus jelas tidak berbicara tentang perisai yang sebenarnya yang harus dikenakan oleh tiap orang Kristen di tubuhnya. Sebaliknya, perisai itu adalah gambaran. Bagian-bagian dari perisai menggambarkan kebenaran-kebenaran Alkitab yang harus digunakan oleh orang-orang Kristen untuk perlindungan melawan Iblis dan roh-roh jahat. Dengan mengetahui, mempercayai, dan bertindak berdasarkan Firman Allah, orang-orang Kristen digambarkan sedang memakai perisai perlindungan dari Allah.

Kita periksa perikop tersebut dalam kitab Efesus ayat demi ayat, sambil kita bertanya sendiri, Apakah sebenarnya yang Paulus coba sampaikan kepada kita?

Sumber Kekuatan Rohani Kita (The Source of Our Spiritual Strength)

Pertama, ketahuilah bahwa kita harus “kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya” (Efesus 6:10). Tekanannya pada fakta bahwa kita tak boleh mencari kekuatan diri sendiri tetapi kekuatan Allah. Hal ini selanjutnya muncul pada pernyataan berikut dari Paulus: “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah” (Efesus 6:11a). Inilah perisai dari Allah, bukan perisai dari kita. Paulus tidak berkata bahwa Allah Sendiri yang memakai perisai, tetapi kita perlu memakai perisai yang Allah telah sediakan untuk kita.

Mengapa kita perlu memakai perisai yang Allah sudah sediakan? “Supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (Efesus 6:11b). Perisai itu dipakai untuk bertahan, bukan untuk menyerang. Bukan dipakai untuk keluar dan menghancurkan roh-roh jahat di atas kota-kota; jadi kita dapat bertahan melawan segala rancangan Setan.

Kita pelajari bahwa Iblis memiliki rencana jahat untuk menyerang kita, dan jika kita tidak mengenakan perisai yang Allah sediakan, maka kita akan mudah diserang. Perhatikan juga bahwa kita, bukan Allah, bertanggung-jawab mengenakan perisai.

Kita teruskan:

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12).

Di sini, jelas Paulus tidak berbicara tentang peperangan fisik dan materi, tetapi peperangan rohani. Kita berjuang melawan berbagai rancangan kelompok-kelompok roh jahat yang dicatat oleh Paulus. Sebagian besar pembaca menduga bahwa Paulus mencatat roh-roh jahat karena mereka digolongkan “para penguasa” sebagai kelas terbawah dan “kekuatan roh jahat di langit” sebagai kelas tertinggi.

Bagaimana kita dapat berjuang melawan mahluk-mahluk roh? Pertanyaan itu dijawab dengan pertanyaan Bagaimana mahluk-mahluk roh dapat menyerang kita? Mahluk-mahluk roh itu menyerang kita dengan berbagai cobaan, pikiran, sugesti, dan ide yang bertentangan dengan Firman dan kehendak Tuhan. Karena itu, pertahanan kita adalah pengetahuan, keyakinan, dan ketaatan kepada Firman Allah.

Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. (Efesus 6:13).

Perhatikan lagi bahwa maksud Paulus adalah membekali kita untuk melawan dan tetap bertahan melawan serangan Setan. Maksud Paulus bukan membekali kita untuk keluar dan menyerang Setan dan menghancurkan roh-roh jahat dari udara. Tiga kali dalam perikop itu Paulus menyatakan agar kita bertahan. Posisi kita adalah bertahan, bukan menyerang.

Kebenaran—Pertahanan Utama Kita (Truth—Our Primary Defense)

Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran. (Efesus 6:14a).

Yang membuat perisai kita tetap baik adalah —kebenaran. Apakah kebenaran itu? Yesus berkata kepada BapaNya, “FirmanMu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17). Kita tak bisa berhasil bertahan melawan Setan jika kita tak tahu kebenaran sehingga kita melawan setiap dusta Setan. Yesus dengan indah menunjukkan hal itu selama pencobaanNya di padang gurun ketika Ia merespon tiap usulan Setan dengan ucapan “Ada tertulis.”

Selanjutnya Paulus berkata:

Dan berbajuzirahkan keadilan. (Efesus 6:14b).

Sebagai orang Kristen, kita harus tahu dua jenis kebenaran. Pertama, kita diberikan karunia kebenaran dari Kristus (lihat 2 Korintus 5:21). PendirianNya yang benar telah dibagikan kepada orang-orang yang mempercayai Yesus, yang memikul dosa-dosa mereka di kayu salib. Pendirian yang benar itu membebaskan kita dari kuasa Setan.

Kedua, kita harus hidup dengan benar, menaati perintah Yesus, dan itu mungkin yang ada di benak Paulus mengenai ikat-pinggang kebenaran. Dengan ketaatan kepada Kristus, kita tak memberikan tempat kepada Iblis (lihat Efesus 4:26-27).

Pijakan Kuat dalam Kasut Pemberitaan Injil (Firm Footing in Gospel Shoes)

Kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. (Efesus 6:15)

Mengetahui, mempercayai, dan bertindak berdasarkan kebenaran Injil memberikan pijakan yang kuat bagi kita untuk tetap kuat menghadapi serangan Setan. Kasut-kasut yang dipakai oleh tentara Romawi memiliki jeruji-jeruji di bawahnya sehingga memberikan cengkeraman kuat di medan tempur. Ketika Yesus menjadi Tuhan kita, kita punya pijakan yang kuat untuk tetap kuat melawan setiap dusta Setan.

Dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat. (Efesus 6:16).

Perhatikan lagi tekanan Paulus pada sikap bertahan kita. Ia tidak berbicara tentang tindakan kita untuk menghancurkan roh-roh jahat di atas kota-kota. Ia berbicara tentang tindakan kita untuk menggunakan iman dalam Firman Allah untuk melawan dusta Iblis. Ketika kita percaya dan bertindak terhadap apa yang Allah katakan, bagaikan memiliki perisai yang melindungi kita dari dusta Setan, yang digambarkan sebagai “tembakan-tembakan peluru yang menyala-nyala dari si jahat.”

Pedang Rohani Kita —Firman Allah (Our Spiritual Sword —God’s Word)

Dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu Firman Allah. (Efesus 6:17).

Keselamatan, seperti uraian Alkitab, termasuk pembebasan kita dari cengkeraman Setan. Allah telah “melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan AnakNya yang kekasih” (Kolose 1:13). Mengetahui akan hal itu bagaikan memakai helm yang melindungi pikiran kita agar tak mempercayai dusta Setan di mana kita masih di bawah kekuasaannya. Setan bukan lagi tuan kita —Yesus adalah Tuan kita.

Tambahan pula, kita harus membawa “pedang Roh ” yang menggambarkan Firman Tuhan, sesuai penjelasan Paulus. Seperti sudah saya sebutkan, Yesus adalah teladan sempurna dari laskar rohani yang terampil memberikan pedang rohaniNya. Selama cobaanNya di padang gurun Ia sekalu menjawab Setan dengan mengutip langung dari Firman Allah. Juga, jika kita hendak mengalahkan Iblis dalam peperangan rohani, kita harus tahu dan percaya perkataan Allah, agar kita tidak jatuh karena dustanya.

Juga perhatikan bahwa Yesus memakai “pedang Roh” dalam posisi bertahan. Bagi kita yang berpendapat bahwa perisai yang Paulus sebutkan adalah untuk bertahan, tetapi sebagian orang ingin tekankan bahwa pedang dipakai untuk menyerang. Sehingga, dengan argumen lemah, mereka coba membenarkan teorinya bahwa perikop Efesus 6:10-12 berlaku pada tanggung-jawab kita untuk “menghancurkan kubu pertahanan” roh-roh jahat di langit secara ofensif.

Jelas bahwa dengan membaca alasan Paulus mengapa orang-orang Kristen harus mengenakan perisai Allah (agar mereka dapat “bertahan melawan rancangan Iblis”), kita tahu bahwa ia terutama berbicara tentang penggunaan perisai untuk bertahan. Lagipula, walaupun dianggap senjata ofensif, pedang adalah senjata pertahanan, karena pedang dapat menghalangi dan melindungi dari tusukan pedang lawan.

Lagipula, harus hati-hati agar kita tak membelokkan seluruh metafora, ketika kita coba menarik fungsi perisai yang benar-benar tidak ada dari berbagai asesoris itu. Ketika kita mulai berpikir tentang hakekat pedang yang defensif dan ofensif, mungkin sekali kita “terlalu jauh mengartikan perumpamaan” ketika kita memilah-milah satu metafora sederhana yang tak pernah dimaksdukan untuk dipilah-pilah seperti itu.

Tidakkah Yesus Memerintahkan Kita untuk “Mengikat Orang kuat”? (But Didn’t Jesus Instruct Us to “Bind the Strong Man”?)

Tiga kali dalam kitab-kitab Injil, Yesus menyebutkan “mengikat orang kuat.” Tetapi, dalam tiga kejadian itu, tak sekalipun Yesus berkata kepada para pengikutNya bahwa “mengikat orang kuat” adalah sesuatu yang harus mereka praktekkan. Periksa dengan cermat perkataan Yesus, dan bacalah perkataanNya berdasarkan konteks:

Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat. (Markus 3:23-30, tambahkan penekanan).

Perhatikan, Yesus tak mengajar para pengikutNya untuk mengikat orang kuat manapun. Sebaliknya, Ia menjawab kritikan para ahli Taurat di Yerusalem yang menguasai logika yang tak tergoyahkan dan metafora yang jelas.

Mereka menuduhNya mengusir roh-roh jahat dengan menggunakan kuasa Setan. Ia menjawab dengan berkata bahwa Setan akan jadi gila bila melawan diriNya. Siapapun tak dapat menentang hal itu.

Jika bukan kuasa Setan yang Yesus pakai untuk mengusir roh-roh jahat, maka kuasa siapa yang Ia gunakan? Pasti kuasa Allah, kuasa Roh Kudus yakni kuasa yang lebih kuat daripada kuasa Setan. Jadi, Yesus berbicara dengan memakai metafora tentang Setan, dengan membandingkannya dengan orang kuat yang menjaga harta-miliknya. Satu-satunya pribadi yang sanggup mengambil harta-milik orang kuat adalah orang yang bahkan lebih kuat, yakni diriNya. Inilah penjelasan yang benar mengenai cara Ia mengusir roh-roh jahat.

Perikop yang menyebutkan orang kuat, juga perikop-perikop serupa dalam Matius dan Lukas, tak dapat dipakai untuk membenarkan tindakan “mengikat orang-orang kuat” di atas kota-kota. Lagipula, ketika memperhatikan bagian lain dalam Perjanjian Baru, kita tidak temukan contoh siapapun “yang mengikat orang-orang kuat” di atas suatu kota, atau instruksi apapun untuk melakukan hal itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa adalah tidak Alkitabiah bila ada orang Kristen coba mengikat dan melumpuhkan konon “orang kuat-roh jahat” di atas satu kota atau wilayah.

Bagaimana dengan “Ikatan di Bumi dan di Sorga”? (What About “Binding on Earth and in Heaven”?)

Hanya dua kali dalam kitab-kitab Injil bisa ditemukan perkataan Yesus, “Apa yang kauikat di dunia ini akan [atau sudah] terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan [atau sudah] terlepas di sorga.” Kedua contoh itu terdapat dalam Injil Matius.

Apakah Yesus mengajar bahwa kita dapat dan harus “mengikat” roh-roh Setan di udara?

Pertama, perhatikan kata-kata mengikat dan melepaskan. Penggunaan kedua kata itu oleh Yesus jelaslah hanya gambaran, karena Ia tentu tak bermaksud agar pengikutNya mengambil tali dalam arti sebenarnya untuk mengikat satu benda atau melepaskan satu benda yang terikat dengan tali itu. Jadi, apa maksud Yesus?

Untuk mendapatkan jawaban, kita harus perhatikan penggunaan kata-kataNya mengikat dan melepaskan dalam konteks apapun yang sedang Ia bicarakan saat itu. Apakah ia sedang berbicara tentang roh-roh jahat? Jika demikian, kita dapat simpulkan bahwa firmanNya tentang mengikat berlaku pada pengikatan roh-roh jahat.

Perhatikan perikop pertama di mana Yesus menyebutkan hal mengikat dan melepaskan:

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” (Matius 16:15-19, tambahkan penekanan).

Pastilah, perikop itu ditafsirkan dalam banyak cara karena ada sedikitnya lima metafora: (1) “daging dan darah”, (2) “batu”, (3) “alam maut (gerbang-gerbang Hades)”, (4) “kunci-kunci kerajaan sorga”, dan (5) “ikatan/kelepasan.” Semua ungkapan itu hanya gambaran, yang berbicara tentang sesuatu lain.

Alam Maut / Gerbang-Gerbang Hades (Hades’ Gates)

Tak peduli pengertian tepat dari metafora-metafora di atas, dapat dipahami bahwa dalam perikop itu, Yesus tak menyebutkan roh-roh jahat. PenyebutanNya yang terdekat adalah “alam maut (gerbang-gerbang Hades)”, yang bersifat simbolik, karena alam maut (gerbang-gerbang Hades) tak punya cara apapun untuk menghambat gereja.

Apa yang menjadi gambaran dari “alam maut (gerbang-gerbang Hades)”? Mungkin, alam maut adalah simbol dari kuasa Setan, dan Yesus bermaksud bahwa kuasa Setan tak akan sanggup menghentikan pembangunan gerejaNya. Atau, mungkin Yesus bermaksud bahwa gereja, yang Ia akan bangun, menyelamatkan orang-orang agar tidak memasuki kurungan di belakang alam maut (gerbang-gerbang Hades).

Perhatikan bahwa Yesus sebenarnya mengacu kepada dua kelompok gerbang: alam maut (gerbang-gerbang Hades), dan gerbang-gerbang ke sorga, yang dimaknai oleh Dia yang memberikan “kunci sorga” kepada Petrus. Pertentangan ini mendukung ide bahwa pernyataan Yesus tentang alam maut (gerbang-gerbang Hades) menggambarkan peranan gereja dalam menyelamatkan orang-orang agar tak sampai ke Hades.

Meskipun Yesus bermaksud bahwa “semua kuasa Setan tidak akan menghentikan gerejaNya”, tak dapat disimpulkan bahwa komentar-komentarNya tentang mengikat dan melepaskan sebagai perintah untuk melakukan tindakan terhadap roh-roh jahat di atas kota, dengan alasan sederhana sehingga tak ada contoh dalam kitab-kitab Injil atau Kisah Para Rasul tentang seseorang yang mengikat roh-roh jahat di atas kota, juga tak ada perintah dalam suratan-suratan untuk melakukan hal itu. Bagaimanapun tafsiran perkataan Kristus tentang mengikat dan melepaskan, penafsiran kita harus didukung menurut konteks di bagian lain dalam Perjanjian Baru.

Tanpa contoh apapun di Alkitab, kita heran betapa sering orang-orang Kristen berkata, “Aku ikat Iblis dalam nama Yesus” atau “Aku lepaskan para malaikat atas orang itu” dan seterusnya. Dalam Perjanjian Baru, tak akan pernah ditemukan siapapun yang berkata begitu. Penekanan dalam Kisah Para Rasul dan suratan-suratan bukanlah pada berbicara kepada Iblis atau mengikat dan melepaskan roh-roh jahat, tetapi pada penyebaran Injil dan berdoa kepada Allah. Misalnya, saat Paulus terus dipukuli oleh utusan (”malaikat”) Setan, ia tak coba “mengikat”nya. Ia mendoakan hal itu kepada Allah (lihat 2 Korintus 12:7-10).

Kunci ke Sorga (The Keys to Heaven)

Selanjutnya, perhatikan konteks perkataan Yesus tentang mengikat dan melepaskan. Perlu dicatat, tepat sebelum Ia menyebutkan hal mengikat dan melepaskan, Yesus berkata bahwa Ia akan memberikan kepada Petrus “kunci kerajaan sorga.” Petrus tak pernah diberi kunci yang sebenarnya untuk gerbang-gerbang surga, sehingga perkataan Yesus harus diartikan sebagai gambaran. Apa gambaran “kunci” itu? Kunci menggambarkan cara-cara untuk mendapatkan akses ke sesuatu yang terkunci. Orang yang memiliki kunci memiliki cara yang tak dimiliki orang lain untuk membuka pintu tertentu.

Ketika memperhatikan pelayanan Petrus seperti dalam Kisah Para Rasul, apa yang bisa kita dapatkan, yang Petrus sedang lakukan dan dianggap sama dengan membuka pintu yang terkunci bagi orang lain?

Utamanya, Petrus menyebarkan Injil, Injil yang membuka pintu-pintu sorga untuk semua orang yang akan percaya (dan Injil yang menutup alam-maut/gerbang-gerbang Hades). Dengan arti itu, kita semua telah diberi kunci menuju kerjaan sorga, karena kita adalah utusan-utusan Kristus. Kunci menuju kerjaan sorga hanya dapat melalui Injil Yesus Kristus, yakni pesan yang membuka gerbang-gerbang sorga.

Dan Kini, Ikatan dan Kelepasan (And Now, Binding and Loosing)

Akhirnya, setelah berjanji memberikan kunci menuju kerajaan sorga kepada Petrus, Yesus membuat pernyataan tentang mengikat dan melepaskan, yang menjadi ungkapan kelimaNya sebagai gambaran dalam perikop yang tengah dibahas itu.

Dalam konteks pernyataan yang sudah kita bahas, apa maksud Yesus? Bagaimana penerapan tindakan mengikat dan melepaskan oleh Petrus kepada tindakan membangun gerejaNya oleh Yesus, bagaimana penerapannya pada penyelamatan orang-orang agar tak menuju ke alam-maut/Hades, dan bagaimana penerapannya pada penyebaran Injil?

Hanya ada satu kemungkinan. Yesus bermaksud, “Aku sahkan anda sebagai wakil dari sorga. Penuhi tanggung-jawab anda di bumi, dan sorga akan mendukung anda.”

Jika seorang atasan berkata kepada bawahan, “Apapun yang engkau lakukan di Bangkok akan dilakukan di kantor pusat”, bagaimana bawahan itu menafsirkan kata-kata atasannya? Ia akan tafsirkan kata-kata itu bahwa ia diberi kuasa untuk mewakili perusahaannya di Bangkok. Maksud Yesus adalah agar Petrus yang di bumi diberi kuasa untuk mewakili Allah di sorga. Janji bagi Petrus akan mendukung kepercayaan dirinya ketika ia mulai menyebarkan pesan Allah di Yerusalem di bawah kritikan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi —orang-orang yang menganggap dirinya sebagai wakil-wakil sah dari Allah, dan yang sebelumnya dihormati oleh Petrus.

Penafsiran tentang perkataan Yesus itu selaras dengan penggunaan kedua dari Yesus tentang ungkapan yang sama, dalam dua pasal setelah perikop pertama Injil Matius:

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:15-20, tambahkan penekanan).

Dalam perikop kedua tentang mengikat dan melepaskan, jelas tiada hal dalam teks yang membuat kita percaya bahwa Yesus sedang berbicara tentang mengikat roh-roh jahat. Di sini Kristus berbicara tentang mengikat dan melepaskan secara langsung, setelah berbicara tentang disiplin gereja.

Tampak ditunjukkan bahwa dengan acuan mengikat dan melepaskan pada perikop itu, ada satu maksud Yesus, seperti, “Aku akan memberimu tanggung-jawab untuk menentukan siapa yang akan ada di gereja dan siapa yang tak akan ada di gereja. Itu tugasmu. Ketika engkau memenuhi tanggung-jawabmu, sorga akan mendukungmu.”

Dalam penerapan yang lebih luas, Yesus hanya berkata, “Engkau diberi hak di bumi sebagai wakil sorga. Engkau punya tanggung-jawab, dan ketika engkau penuhi tanggung-jawabmu di bumi, sorga akan selalu mendukungmu.”

Konteks Mengikat dan Melepaskan (Binding and Loosing in Contexts)

Penafsiran itu cocok sekali dalam konteks langsung juga dalam konteks lebih luas dalam ayat-ayat lain Perjanjian Baru.

Mengenai konteks langsung, perlu dicatat bahwa setelah pernyataanNya tentang mengikat dan melepaskan, Yesus berkata: “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 18:19; tambahkan penekanan).

Ada lagi tema “apa yang anda lakukan di bumi akan didukung di sorga.” Kita di bumi diberi hak dan tanggung-jawab untuk berdoa. Ketika kita lakukan, sorga akan menjawab. Perkataan Yesus, “Dan lagi Aku berkata …” menunjukkan bahwa Ia memperluas pada pernyataanNya terdahulu tentang mengikat dan melepaskan.

Pernyataan akhir Yesus dalam perikop itu, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”, juga mendukung tema “sorga akan mendukung anda”. Ketika orang-orang percaya berkumpul dalam namaNya, Ia yang di sorga akan hadir.

Meskipun anda tak sependapat dengan tafsiran saya tentang perikop-perikop yang tengah dibahas, anda mau tak mau harus memberi argumen yang jelas dan Alkitabiah yang Yesus bicarakan tentang mengikat roh-roh jahat di atas kota-kota!

Rencana Ilahi Allah Melibatkan Setan (God’s Divine Plan Includes Satan)

Setan dan para malaikatnya adalah pasukan pemberontak, tetapi tak satupun tentara ada di luar kendali Allah. Pasukan pemberontak adalah ciptaan Allah, (walaupun mereka bukan pemberontak ketika pertama kali diciptakan). Paulus menulis:

Karena di dalam Dialah [Kristus] telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. (Kolose 1:16, tambahkan penekanan).

Yesus menciptakan setiap roh malaikat dari tiap tingkatan, termasuk Setan. Apakah Ia tahu bahwa beberapa roh akan memberontak? Tentu saja. Lalu mengapa Ia menciptakan mereka? Karena Ia akan memakai roh-roh pemberontak untuk menggenapkan rencanaNya. Jika Ia tak punya rencana untuk mereka, mereka hanya akan dipenjarakanNya, karena Ia telah memenjarakan beberapa malaikat pemberontak (lihat 2 Petrus 2:4) dan karena suatu hari Ia akan memenjarakan Setan (lihat Wahyu 20:2).

Allah punya alasan mengizinkan Setan dan setiap roh jahat untuk bekerja di atas bumi. Jika Ia tak izinkan, maka Setan dan roh-roh jahat sama sekali tak akan melakukan apapun. Apa alasan Allah izinkan Setan untuk bekerja di atas bumi? Entahlah ada orang yang paham alasanNya, namun Ia telah ungkapkan beberapa alasan dalam FirmanNya.

Pertama, Allah izinkan Setan untuk bekerja secara terbatas di atas bumi untuk menggenapi rencanaNya dengan mencobai manusia. Setan menjadi alternatif bagi kesetiaan umat manusia. Disadari atau tidak, orang-orang ada dalam kuasa Allah atau Setan. Allah izinkan Setan untuk mencobai Adam dan Hawa, yang memiliki kehendak bebas yang Allah berikan, untuk menguji mereka. Tiap orang yang punya kehendak bebas harus diuji untuk mengungkapkan apa yang di dalam hatinya, apakah taat atau tidak-taat.

[1]

 

Kedua, Allah izinkan Setan untuk bekerja secara terbatas di atas bumi sebagai agen amarahNya terhadap pembuat kejahatan. Sebelumnnya saya sudah buktikan hal itu dengan menyebut beberapa contoh dalam Alkitab ketika Allah menghukum orang-orang yang layak mendapatkannya melalui roh-roh jahat. Fakta bahwa Allah izinkan Setan untuk memerintah orang-orang yang belum diselamatkan di dunia menjadi indikasi amarahNya kepada mereka. Allah menghukum orang-orang jahat dengan membiarkan orang-orang tak bermoral untuk menguasai mereka, dan juga Ia izinkan roh-roh jahat menguasai mereka, dengan lebih menyengsarakan hidup mereka.

Ketiga, Allah izinkan Setan untuk beroperasi secara terbatas di atas di bumi untuk memuliakan diriNya. “Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu” (1 Yohanes 3:8). Setiap kali Allah membasmi salah-satu pekerjaan Setan, hal itu akan memuliakan kuasa dan hikmatNya.

Yesus adalah Kepala Atas Penguasa-Penguasa (Jesus is the Head Over Principalities and Powers)

Sebagai orang Kristen, kita punya dua tanggung-jawab Alkitabiah untuk melawan Setan dan roh-roh jahat dalam kehidupan kita (Yakobus 4:7), dan mengusir Setan dan roh-roh jahat dari orang-orang lain yang mau dibebaskan (Markus 16:17). Tiap orang Kristen yang berpengalaman mengusir roh-roh jahat dari orang-orang lain tahu bahwa umumnya jika orang yang kerasukan setan tak ingin dibebaskan, ia takkan sanggup mengusir roh jahat itu.

[2]

Allah menghormati kehendak bebas setiap orang, dan jika ada orang ingin menyerah kepada roh-roh jahat, Allah takkan menghentikannya.

Tetapi, hal itu menjadi alasan lain mengapa kita tak sanggup menghancurkan roh-roh teritorial di atas wilayah geografis. Roh-roh jahat itu mencengkeram orang-orang karena itulah pilihan mereka. Dengan mengabarkan Injil kepada mereka, kita tawarkan pilihan bagi mereka. Jika mereka membuat pilihan benar, mereka akan terbebas dari Setan dan roh-roh jahat. Tetapi, jika mereka membuat pilihan keliru untuk tidak bertobat, Allah akan izinkan Setan untuk menawan mereka.

Yesus disebutkan dalam Alkitab sebagai “kepala semua pemerintah dan penguasa” (Kolose 2:10). Walaupun kata-kata bahasa Yunan untuk memerintah (arche) dan kuasa (exousia) kadang-kadang digunakan sebagai gambaran pemimpin politik, kata-kata itu juga digunakan dalam Perjanjian Baru sebagai gelar untuk penguasa-penguasa roh jahat. Contohnya adalah perikop tentang perjuangan orang Kristen melawan pemerintah (arche) dan penguasa (exousia) dalam Efesus 6:12

Ketika kita baca, sesuai konteks, tulisan Paulus tentang Yesus yang menjadi kepala atas semua pemerintah dan penguasa dalam Kolose 2:10, jelas ia sedang berbicara tentang kuasa-kuasa roh. Misalnya, pada perikop yang sama empat ayat kemudian, Paulus menulis tentang Yesus, “Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenanganNya atas mereka.” (Kolose 2:15).

Jika Yesus adalah kepala dari semua penguasa roh dan pemerintah, maka Ia berdaulat atas mereka. Inilah pewahyuan yang ajaib bagi orang-orang Kristen yang hidup di tengah kebudayaan berhala dan animisme, di mana mereka dulu hidup dengan menyembah dewa-dewa karena mereka takut akan roh- roh jahat yang menguasai mereka.

Cara Satu-satunya Melepaskan Diri (The Only Way of Escape)

Cara satu-satunya untuk melepaskan diri dari cengkeraman roh-roh jahat adalah bertobat dan percaya kepada Injil. Itu cara yang Allah berikan. Tak seorangpun dapat mengikat kekuatan-kekuatan Setan di atas sebuah kota dan membebaskan anda seluruhnya atau sebagian. Sebelum seorang bertobat dan percaya Injil, ia tinggal dalam murka Allah (lihat Yohanes 3:36), termasuk cengekeraman kekuatan Setan.

Itu sebabnya perubahan tidak tampak di kota-kota di mana diadakan konferensi dan sesi peperangan rohani, karena tak ada kejadian yang dapat mempengaruhi hirarki Setan yang berkuasa di kota-kota itu. Orang-orang Kristen dapat meneriaki penguasa dan pemerintah di udara; mereka dapat coba menyiksa Iblis dengan “bahasa-bahasa lidah peperangan”; mereka dapat katakan jutaan kali “Aku ikat kalian roh-roh jahat di atas kota ini”; mereka bahkan dapat melakukan semua hal itu di dalam pesawat terbang dan di lantai-lantai atas gedung-gedung pencakar langit (seperti dilakukan beberapa orang); dan akibatnya roh-roh jahat itu akan menertawai orang-orang Kristen yang bodoh.

Kita teruskan ke mitos modern keenam tentang peperangan rohani.

Mitos #6: “Peperangan roh melawan roh-roh teritorial membuka pintu bagi penginjilan yang efektif.”

Motivasi pendorong bagi orang-orang Kristen yang ikut dalam peperangan rohani melawan roh-roh teritorial adalah keinginan mereka untuk melihat perkembangan Kerajaan Allah. Untuk itu, mereka layak dihargai. Setiap orang Kristen ingin melihat lebih banyak orang terbebas dari cengkeraman Setan.

Tetapi, yang penting adalah pakailah metode Allah untuk membangun Kerajaan Allah. Allah tahu apa yang bekerja dan apa yang hanya buang-buang waktu. Ia mengatakan tanggung-jawab kita terkait dengan perluasan kerajaanNya. Adalah bodoh bila kita berpikir bahwa kita dapat melakukan sesuatu yang tidak ada dalam Alkitab, yang dapat meningkatkan efektifitas penginjilan kita, sesuatu yang tak pernah dilakukan dalam pelayanan Yesus, Petrus, atau Paulus.

Mengapa banyak orang Kristen menganggap bahwa peperangan rohani dapat membuka pintu bagi penginjilan yang efektif? Alur nalar mereka biasanya mirip seperti ini: “Setan telah membutakan pemikiran orang-orang yang belum selamat. Karena itu, kita harus lakukan peperangan rohani melawan Setan untuk menghentikannya agar tak membutakan mereka. Ketika hal-hal yang membutakan itu dienyahkan, maka semakin banyak orang yang akan percaya Injil.” Apakah ini benar?

Tentu, Setan telah membutakan pikiran orang-orang tidak percaya. Paulus menulis:

Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah. (2 Korintus 4:3-4).

Dan muncullah pertanyaan: Apakah Paulus memberi informasi itu kepada orang-orang Kristen di Korintus demi memberikan motivasi kepada mereka untuk melakukan peperangan rohani dan menghancurkan roh-roh teritorial sehingga orang-orang yang belum selamat akan menjadi lebih mau menerima berita keselamatan?

Jawabannya adalah Tidak karena ada alasan yang jelas.

Pertama, karena Paulus tidak berkata, “Karena itu orang-orang Korintus, karena Setan telah membutakan orang-orang yang tidak percaya, saya ingin kalian lakukan peperangan rohani dan hancurkan roh-roh teritorial sehingga hal-hal yang membutakan akan dienyahkan.” Sebaliknya, yang disebutkan adalah penyampaian khotbahnya tentang Kristus, yang adalah cara mengenyahkan kebutaan rohani.

Kedua, tak satupun dalam suratan-suratannya, Paulus memerintahkan orang-orang percaya untuk ikut menghancurkan kubu pertahanan di atas kota-kota mereka sehingga dapat meningkatkan buah-buah penginjilan.

Ketiga, dari pembacaan semua suratan Paulus ternyata ia tak percaya cara Setan membutakan sebagai alasan utama mengapa orang-orang tidak percaya tetap tidak percaya. Cara Setan membutakan adalah faktor pendukung, namun bukan jadi faktor utama atau faktor satu-satunya. Faktor utama yang membuat orang-orang tidak selamat adalah kekerasan hati mereka. Jelas itu alasan sederhana mengapa Setan tak sanggup membutakan orang. Ketika mendengar kebenaran, sebagian orang mempercayainya, lalu meninggalkan segala dusta yang dulunya mereka percayai. Bukanlah cara Setan untuk membutakan sehingga mereka tak percaya, karena ketidakpercayaan mereka Setan dapat saja membutakan mereka.

Hati yang Tumpul (Callous Hearts)

Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, rasul Paulus tepat menjelasakan mengapa orang-orang bukan-Kristen tetap tidak percaya:

Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap [mungkin mengacu pada pembutaan oleh Setan], jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. (Efesus 4:17-19, tambahkan penekanan).

Paulus berkata bahwa orang yang belum diselamatkan dikeluarkan dari kehidupan Allah karena “ketidakpedulian dalam diri mereka.” Tetapi, mengapa mereka tak peduli? Mengapa “pengertian mereka sudah gelap”? Jawabannya “Karena kedegilan hati mereka.” Mereka menjadi “tumpul.” Itulah penyebab mereka tetap tak diselamatkan.

[3]

Mereka menanggung kesalahan sendiri. Setan hanya menyampaikan dusta yang mereka yakini.

Perumpamaan Yesus tentang Penabur dan jenis-jenis tanah memberikan gambaran konsep di atas dengan sempurna:

Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah Firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. (Lukas 8:5, 11-12).

Perhatikan bahwa benih, yang melambangkan Injil, jatuh di pinggir jalan dan diinjak-injak orang. Benih itu dapat tumbuh di tanah keras, tempat yang sering dilewati orang-orang. Jadi, benih itu sangat mudah dicuri oleh burung, sebagai gambaran Iblis.

Inti keseluruhan perumpamaan itu adalah membandingkan kondisi hati tiap orang (dan kerelaan hati untuk menerima Firman Allah ) dengan berbagai jenis tanah. Yesus menjelaskan mengapa sebagian orang percaya dan mengapa sebagian lain tidak percaya: Semua tergantung pada mereka.

Bagaimana gambaran Setan? Setan hanya sanggup mencuri Firman dari orang yang berhati keras. Burung dalam perumpamaan itu adalah penyebab sekunder terkait dengan benih yang tak bertunas. Masalah utamanya adalah tanah; ternyata, kekerasan tanah memungkinkan burung untuk mencuri benih.

Hal yang sama berlaku pada Injil. Masalahnya adalah hati yang keras dari agen moral bebas. Ketika seseorang menolak Injil, ia memilih untuk tetap dibutakan. Ia lebih suka percaya kebohongan bukannya kebenaran. Seperti yang Yesus katakan, “Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih suka kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yohanes 3:19, tambahkan penekanan).

Alkitab tidak membuat kita percaya bahwa orang-orang adalah kawanan yang tulus hati dan baik hati, yang akan mempercayai Injil jika Setan hanya akan berhenti membutakan mereka. Sebaliknya, Alkitab membuat gambaran yang sangat kabur tentang karakter manusia, dan Allah akan menuntut setiap orang untuk bertanggung-jawab atas setiap pilihan dosanya. Sambil duduk di tahta penghakimanNya, Allah tak akan menerima alasan siapapun bahwa “Iblis menyebabkan saya melakukan dosa itu.”

Cara Setan Membutakan Pikiran Manusia (How Satan Blinds People’s Minds)

Bagaimana cara Setan membutakan pikiran orang? Apakah ia punya kekuatan mistik yang ia curahkan, seperti cairan berkhasiat ke atas kepala orang untuk mengaburkan pemahaman orang itu? Apakah roh jahat menancapkan cakar-cakarnya ke dalam otak orang itu, yang efektif memutus proses berpikir dengan nalar dari orang itu? Tidak, Setan membutakan pikiran orang itu dengan menanamkan dusta agar orang itu meyakininya.

Jelaslah, jika setiap orang sungguh percaya kebenaran bahwa Yesus adalah Anak Allah yang mati untuk dosanya, dan jika ia sungguh percaya bahwa kelak ia harus berdiri di hadapanNya untuk membeberkan kehidupannya, maka ia harus bertobat dan menjadi pengikutNya. Tetapi, orang itu tidak mempercayai hal-hal itu. Tetapi, ia mempercayai sesuatu. Ia mungkin percaya bahwa tak ada Allah, atau tiada kehidupan setelah kematian. Ia mungkin percaya kepada reinkarnasi, atau Allah tak akan pernah mengirimkan siapapun ke neraka. Ia mungkin berpikir bahwa tugas-tugas religiusnya akan membawanya masuk ke sorga. Tetapi apapun yang dipercayainya, jika bukan Injil, maka dapat disimpulkan dalam satu kata: dusta. Ia tidak percaya kebenaran, sehingga Setan tetap membutakannya melalui berbagai dusta. Tetapi, jika ia merendahkan dirinya sendiri dan mempercayai kebenaran, Setan tak akan sanggup membutakannya lagi.

Dusta dalam Kegelapan (The Lies of Darkness)

Dalam Alkitab, kerajaan Setan disebut sebagai “kuasa kegelapan” (Kolose 1:13). Sudah tentu, kegelapan melambangkan ketiadaan kebenaran —ketiadaan terang atau pencerahan. Ketika ada dalam kegelapan, anda meraba-raba dengan imajinasi anda dan biasanya anda akan terluka. Itulah keadaannya bila kita ada dalam kerajaan kegelapan Setan. Orang yang ada di dalamnya meraba-raba kehidupannya lewat imajinasi, dan imajinasinya penuh dengan dusta Setan. Ia ada dalam kegelapan roh.

Kerajaan Setan digambarkan bukan sebagai kerajaan geografis yang memiliki batas-batas tertentu, tetapi sebagai kerajaan keyakinan dalam dusta. Kerajaan kegelapan berada di tempat yang sama dengan kerajaan terang. Orang yang percaya kebenaran hidup di antara orang yang percaya dusta.

[4]

Tugas utama kita ialah mengabarkan kebenaran kepada orang yang percaya dusta. Ketika orang mempercayai kebenaran, Setan kehilangan satu lagi warganya karena ia tak lagi sanggup menipunya.

Jadi, kita buat orang yang belum selamat terbebas dari Setan, dengan tidak “mengikat” roh-roh jahat yang ada di atas mereka dengan mengatakan kebenaran. Yesus berkata, “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:32, tambahkan penekanan). Kebutaan rohani dihapuskan dengan kebenaran.

Pada perikop sama dalam Injil Yohanes, Yesus berkata kepada banyak orang yang belum diselamatkan:

Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. Tetapi karena Aku mengatakan kebenaran kepadamu, kamu tidak percaya kepada-Ku. (Yohanes 8:44-45, tambahkan penekanan).

Perhatikan perbedaan yang Yesus sebutkan antara diriNya dan Iblis. Ia berbicara tentang kebenaran; Setan adalah pembohong besar.

Perhatikan juga, meskipun Yesus berkata kepada para pendengarNya bahwa mereka berasal dari bapa segala dusta, Iblis; dan meskipun Ia menyatakan bahwa Iblis sebagai pendusta, Ia masih memberi tanggung-jawab bagi mereka untuk mempercayai kebenaran yang Ia katakan. Bukan salah Iblis bila mereka dibutakan —itu salah mereka sendiri. Yesus menganggap mereka bertanggung-jawab. Setan membantu orang yang “mencintai kegelapan” untuk tetap dalam kegelapan dengan membuatnya mempercayai dusta. Tetapi, Setan tak sanggup membodohi siapapun yang percaya kebenaran.

Sehingga, cara untuk dapat menekan kerajaan kegelapan adalah menebar terang, yakni kebenaran Firman Allah. Itu sebabnya Yesus tidak berkata, “Pergilah ke seluruh dunia dan ikatlah Iblis” tetapi sebaliknya, “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakan Injil.” Yesus berkata kepada Paulus bahwa tujuan khotbahnya adalah membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan berbalik dari kuasa Iblis kepada Allah” (Kisah Para Rasul 26:18, tambahkan penekanan). Ini memperjelas bahwa orang-orang menjauhi kuasa Setan ketika mereka menentang kebenaran Injil, lalu memutuskan berbalik dari kegelapan kepada terang, dengan mempercayai kebenaran, bukannya dusta. Kubu yang akan kita “hancurkan” adalah kubu dusta dalam pikiran setiap orang.

Inilah Rencana Allah (This is God’s Plan)

Jangan lupa, Allah adalah oknum yang mengusir Setan dari sorga ke bumi. Ia bisa saja mengusir Setan ke manapun di alam semesta atau mengurungNya selamanya. Tetapi Ia tak melakukannya. Mengapa? Karena Allah ingin memakai Setan untuk menuntaskan tujuan akhirNya —tujuan untuk memiliki keluarga besar dengan agen moral bebas pada suatu hari yang akan mengasihiNya, yakni orang-orang yang memilih untuk melayaniNya.

Jika Allah inginkan satu keluarga anak-anak yang akan mengasihiNya, maka ada dua syarat. Pertama, Ia harus menciptakan orang-orang yang memiliki kebebasan kehendak, karena fondasi kasih adalah kehendak bebas. Robot dan mesin tak dapat mencintai.

Kedua, Ia harus menguji anak-anakNya dalam lingkungan di mana mereka akan menghadapi pilihan untuk menaati atau tidak menaatiNya, untuk mengasihi atau membenciNya. Agen moral bebas harus diuji. Dan jika nanti ada ujian kesetiaan, maka harus ada cobaan kepada ketidaksetiaan. Sehingga kita mulai mengerti mengapa Allah menempatkan Setan di bumi. Setan akan menjadi pilihan lain bagi ketidaksetiaan umat manusia. Ia akan diizinkan (dengan batasan-batasan tertentu) untuk mempengaruhi siapapun yang menerima dusta-dustanya. Setiap orang akan dihadapkan dengan pilihan: Apakah saya akan mempercayai Allah atau Setan? Apakah saya akan melayani Allah atau Setan? Disadari atau tidak, setiap orang telah membuat keputusannya. Tugas kita adalah memberi dorongan kepada tiap orang yang telah membuat keputusan keliru agar ia bertobat dan mempercayai Injil, dan membuat keputusan yang benar.

Apakah bukan hal itu yang terjadi di Taman Eden? Allah menempatkan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat di taman itu dan kemudian melarang Adam dan Hawa memakan buahnya. Jika Allah tak ingin mereka memakannya, mengapa Ia menempatkannya di sana? Karena pohon itu menjadi ujian.

Kita juga perlu catat bahwa Allah izinkan Setan untuk mencobai Hawa. Dan jika kesetiaan diuji, harus ada cobaan terhadap ketidaksetiaan. Setan mendustai Hawa dan Hawa mempercayainya, dan ketika itu, Hawa memutuskan tidak mempercayai perkataan Allah. Akibatnya? Agen-agen moral bebas pertama mewujudkan ketidaksetiaan di dalam hati mereka.

Dengan cara serupa, setiap agen moral bebas diuji dalam seluruh hidupnya. Allah telah mengungkapkan diriNya melalui ciptaanNya, sehingga setiap orang dapat memahami bahwa ada Allah yang mengagumkan (lihat Roma 1:19-20). Allah telah memberikan kata-hati kepada kita, dan di hati kita, kita tahu kebenaran dari kesalahan (lihat Roma 2:14-16). Setan dan roh-roh jahat secara terbatas diizinkan untuk mendustai dan mencobai manusia. Akibatnya, setiap agen moral bebas diuji.

Masalah sebenarnya adalah setiap agen moral bebas telah memberontak dan “menggantikan kebenaran Allah dengan dusta” (Roma 1:25). Tetapi, syukur kepada Tuhan bahwa Ia telah sediakan tebusan untuk dosa-dosa kita dan jalan untuk dilahirkan dalam keluargaNya. Pengorbanan kematian Yesus adalah jawaban bagi semua masalah kita.

Tipuan Setan, Sekarang dan Nanti (Satan’s Deception, Now and Later)

Jadi, kita mengerti satu alasan mengapa Iblis dan pasukan pemberontaknya diizinkan bekerja di atas bumi: untuk menipu orang yang mencintai kegelapan.

Kebenaran itu selanjutnya dipertegas ketika kita lihat bahwa menurut kitab Wahyu, kelak nanti Setan akan diikat oleh seorang malaikat dan dikurung selama seribu tahun. Apa alasan pengurungan Setan? “Supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa” (Wahyu 20:3). Selama seribu tahun itu, Yesus sendiri akan memerintah dunia dari Yerusalem.

Tetapi setelah seribu tahun, Setan akan dilepaskan sejenak. Akibatnya? Ia “akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi” (Wahyu 20:8).

Jika Allah tak ingin Setan menipu orang-orang di saat itu, mengapa Ia akan melepaskannya? Terutama bila melihat fakta bahwa Allah awalnya mengurung Setan “agar ia tak akan lagi menyesatkan bangsa-bangsa”?

Sudah tentu, Allah mau agar Setan tidak menyesatkan siapapun. Tetapi Ia tahu, orang-orang yang dapat disesatkan oleh Setan adalah mereka yang tidak percaya kepada semua perkataanNya. Setan hanya dapat menyesatkan orang yang menolak kebenaran, sehingga Allah izinkan Setan bekerja sekarang, dan Ia akan izinkan Setan untuk bekerja nanti. Ketika Setan menipu orang-orang, keadaan hati mereka terkuak, sehingga Allah dapat memisahkan “gandum dari lalang” (lihat Matius 13:24-30).

Itulah persis yang akan terjadi ketika berakhirnya seribu tahun ketika Setan dilepaskan. Ia akan menyesatkan mereka yang mencintai kegelapan, lalu mereka akan mengumpulkan pasukannya di sekeliling Yerusalem demi menghancurkan pemerintahan Kristus. Allah tahu persis siapa yang mengasihi Dia dan yang membenciNya, sehingga Ia akan segera mengirim “api dari sorga” yang akan “menghanguskan mereka” (Wahyu 20:10). Lalu, Setan akan melayani maksud-maksud Allah seperti yang dilakukannya sekarang. Karena itu, adalah bodoh bila kita berpikir bahwa kita dapat “menghancurkan roh-roh teritorial.” Allah izinkan roh-roh itu bekerja demi alasan-alasanNya sendiri.

Penginjilan yang Alkitabiah (Biblical Evangelism)

Kenyataan mendasar adalah Yesus atau para rasul Perjanjian Baru tidak melakukan peperangan rohani yang, menurut beberapa orang, adalah kunci yang hilang pada penginjilan yang efektif kini. Kita tak pernah temukan Yesus, Petrus, Yohanes, Stefanus, Filipus, atau Paulus “yang menghancurkan kubu pertahanan” atau “mengikat orang-orang kuat” di atas kota-kota di mana mereka berkhotbah. Sebaliknya, kita temukan mereka mengikuti Roh Kudus terkait dengan tempat di mana Ia ingin mereka berkhotbah; kita dapati mereka yang memberitakan Injil —yang memanggil orang-orang untuk bertobat dan beriman kepada Kristus— dan ternyata mereka menikmati hasil-hasil yang mengagumkan. Dan dalam kejadian-kejadian itu di mana mereka berkhotbah kepada orang-orang yang menolak Injil, kita tak temukan orang “yang melakukan peperangan rohani sehingga Setan tidak akan mampu terus membutakan pikiran mereka.” Sebaliknya, kita dapati mereka “mengebaskan debu dari kaki” sesuai perintah Yesus dan mereka pergi ke kota berikutnya (lihat Matius 10:14; Kisah Para Rasul 13:5).

Secara mengagumkan, siapapun dapat mengklaim bahwa “menghancurkan kubu pertahanan” dan “mengikat orang-orang kuat” adalah syarat awal bagi keberhasilan penginjilan ketika ada ribuan contoh kebangunan rohani besar dalam sejarah gereja di mana “peperangan rohani” tersebut tak pernah dilakukan.

“Namun, cara-cara kita berhasil!” kata seseorang. “Karena kami mulai lakukan peperangan rohani ini, makin banyak orang diselamatkan dibandingkan sebelunya.”

Jika hal itu benar, penyebabnya adalah sudah ada doa dan penginjilan yang lebih Alkitabiah yang dilakukan di saat yang sama, atau karena sekelompok orang tiba-tiba menerima Injil dengan lebih mudah.

Apa pendapat anda bila ada penginjil berkata, “Malam ini, sebelum saya berkhotbah di kebaktian kebangunan rohani, saya makan tiga buah pisang. Dan ketika saya berkhotbah, enambelas orang diselamatkan! Akhirnya saya temukan rahasia penginjilan yang efektif! Mulai sekarang, saya akan makan tiga pisang sebelum saya berkhotbah!”?

Tentu anda akan berkata kepada penginjil itu, “Makan tiga pisang tak terkait dengan keselamatan enam-belas orang. Kunci sukses anda adalah khotbah Injil, dan sudah ada enam-belas orang telah menerima Injil setelah mendengar Injil.”

Allah menghormati FirmanNya. Jika Allah berjanji, dan seseorang memenuhi syarat-syarat janji khusus itu, Allah akan memenuhi janjiNya, meskipun orang itu akan melakukan hal-hal lain yang tidak Alkitabiah.

Hal itu berlaku pada praktek-praktek peperangan rohani kini. Jika anda mulai sebarkan traktat dan “mengikat orang kuat” di atas kota, maka ada sejumlah orang yang akan diselamatkan. Dan jika anda mulai sebarkan traktat tanpa mengikat orang kuat, jumlah orang yang sama akan diselamatkan.

Cara Berdoa Menurut Alkitab untuk Tuaian Rohani (How to Pray Scripturally for a Spiritual Harvest)

Bagaimana kita harus berdoa untuk orang yang belum selamat? Pertama, pahamilah bahwa tak ada instruksi dalam Perjanjian Baru yang menyuruh kita berdoa agar Allah menyelamatkan orang-orang, dan tak ada catatan mengenai orang-orang Kristen mula-mula yang berdoa seperti itu. Karena dari sudut-pandang Allah, Ia telah melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukanNya agar semua orang di dunia dapat diselamatkan. Ia sangat ingin mereka diselamatkan sehingga Ia korbankan AnakNya mati di kayu salib.

Tetapi mengapa tak semua orang diselamatkan? Karena tak semua orang percaya Injil. Dan mengapa mereka tidak percaya? Hanya ada dua alasan: (1) Mereka telah mendengar Injil, atau (2) Mereka telah mendengar Injil dan menolaknya.

Karena itu, cara kita berdoa menurut Alkitab untuk orang yang belum selamat adalah doakan agar mereka mendapat kesempatan mendengarkan Injil. Misalnya, Yesus berkata “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Lukas 10:2, tambahkan penekanan). Agar orang-orang mendengar Injil dan diselamatkan, seseorang harus memberitakan Injil kepada mereka. Itu sebabnya kita harus berdoa kepada Allah untuk mengutus orang-orang kepada mereka.

Ketika gereja mula-mula berdoa terkait dengan tuaian rohani, doa mereka adalah, “Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu. Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus.” (Kisah Para Rasul 4:29-30, tambahkan penekanan).

Mereka meminta (1) kesempatan untuk memberitakan Injil dengan berani, atau (2) keberanian untuk menyebarkan Injil selama kesempatan yang mereka miliki. Mereka juga berharap Allah untuk meneguhkan Injil melalui berbagai kesembuhan dan tanda mujizat. Itulah doa-doa menurut Alkitab, dan tujuannya adalah memberi kesempatan kepada orang-orang untuk mendengar Injil. Allah menjawab doa mereka: “Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.” (Kisah Para Rasul 4:31).

Apa pendapat Paulus tentang cara orang-orang Kristen harus berdoa terkait dengan menghasilkan tuaian rohani? Apakah ia menyuruh mereka untuk memohon Allah untuk menyelamatkan lebih banyak orang? Tidak. Bacalah perkataannya berikut:

Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu. (2 Tesalonika 3:1, tambahkan penekanan).

Berdoalah juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara. (Efesus 6:19-20, tambahkan penekanan).

Perkara seseorang diselamatkan atau tidak lebih banyak tergantung pada dirinya dibandingkan pada Allah, sehingga doa-doa kita perlu ditujukan kepada orang-orang agar mereka mendengar Injil dan juga ditujukan kepada Allah untuk menolong kita dalam menyebarkan Injil. Allah akan menjawab doa-doa kita, tetapi tak menjamin siapapun akan diselamatkan, karena Allah memberi hak kepada tiap orang untuk menjatuhkan pilihannya sendiri. Keselamatan mereka tergantung pada tanggapan mereka kepada Injil.

Mitos #7: “Ketika seorang Kristen berdosa, ia membuka pintu bagi roh jahat untuk masuk dan tinggal di dalam dirinya.”

Memang benar, ketika seorang Kristen berdosa, mungkin ia menyerah pada cobaan roh jahat. Tetapi, menyerah pada sugesti roh jahat tak berarti bahwa roh jahat sendiri sanggup masuk ke dalam diri orang percaya. Ketika kita berdosa sebagai orang-orang Kristen, kita putuskan persekutuan dengan Allah karena kita sudah tidak taat padaNya (lihat 1Yohanes 1:5-6). Kita merasa bersalah. Tetapi, kita belum putuskan hubungan denganNya, karena kita masih anak-anakNya.

”Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9). Lalu persekutuan kita denganNya dipulihkan. Perhatikan, Yohanes tidak berkata kita perlu dibersihkan dari tiap roh jahat di dalam diri ketika kita merasa bersalah karena dosa.

Setiap saat, orang Kristen menghadapi cobaan dunia, daging dan Iblis. Paulus menulis bahwa kita benar-benar berjuang melawan berbagai roh jahat (lihat Efesus 6:12). Karena itu, terkadang roh-roh Setan merongrong orang percaya. Itu normal, dan kita bertanggung-jawab melawan Iblis dan roh-roh jahat dengan iman dalam Firman Allah (lihat 1 Petrus 5:8-9). Ketika kita percaya dan bertindak atas perkataan Allah, berarti kita melawan Iblis.

Misalnya, bila Setan membawa pikiran-pikiran depresi, kita harus berpikir berdasarkan Alkitab yang menentang depresi, dan menaati Firman Tuhan untuk “bersukacita selalu” (1 Tesalonika 5:16) dan “mengucap syukur dalam segala hal” (1 Tesalonika 5:18). Kita bertanggung-jawab untuk bertindak menurut Firman Allah dan mengganti pemikiran Setan dengan pemikiran Allah.

Kita harus sadar bahwa sebagai agen moral bebas, kita dapat berpikir tentang apapun yang kita mau. Jika seorang percaya terus-menerus memilih mendengar dan menyerah kepada sugesti roh-roh jahat, ia tentu dapat membuka pikirannya kepada tekanan, yakni suatu keadaan agar lebih mudah menerima dan lebih dikuasai oleh pikiran keliru. Jika ia memilih menyerah, ia dapat terobsesi dengan satu jenis pikiran keliru, yang sangat jarang dialami oleh seorang Kristen, tetapi bisa saja terjadi. Namun kemudian jika orang Kristen yang terobsesi itu ingin bebas, dia perlu merenungkan Firman Allah dan menyerah kepada Firman Allah dan melawan Iblis.

Tetapi mungkinkah ia pernah kerasukan? Mungkin saja, jika ia mau tegaskan dari hatinya, tanpa ada tekanan, untuk menolak Kristus dan benar-benar meninggalkanNya. Maka tentu ia tak lagi menjadi orang Kristen

[5]

sehingga ia bisa kerasukan —bila ia lebih banyak menyerahkan diri kepada roh jahat yang menekannya. Tetapi hal itu berbeda dengan ide membiarkan roh jahat tinggal di dalammu melalui perbuatan satu dosa.

Nyata bahwa tak ada satupun contoh dalam Perjanjian Baru tentang orang Kristen yang kerasukan roh jahat. Juga tak ada peringatan kepada orang-orang Kristen tentang kemungkinan bahaya roh-roh jahat yang akan tinggal dalam diri mereka. Juga tak ada perintah mengenai bagaimana mengusir roh-roh jahat dari sesama orang Kristen.

Yang benar adalah sebagai orang Kristen, kita tak perlu roh-roh jahat diusir dari kita —yang perlu adalah memiliki pikiran yang dibaharui sesuai Firman Tuhan. Itulah yang Alkitabiah. Paulus menuliskan:

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2).

Ketika pikiran kita dibersihkan dari pola-pola pikiran lama dan diperbaharui dengan kebenaran Firman Allah, maka kita mendapat kemenangan atas kebiasaan dosa dan hidup dalam cara Kristus. Kebenaran membebaskan kita (Yohanes 8:32). Kita diubahkan ketika kita perbaharui pikiran kita, bukan ketika kita mengusir semua roh jahat.

Lalu mengapa ada banyak orang Kristen yang bersaksi bahwa mereka mengusir roh jahat (atau roh-roh jahat) dari diri mereka? Mungkin, mereka hanya membayangkan bahwa mereka memiliki roh jahat dalam diri mereka. Banyak orang Kristen bersikap naif dan tak mengerti Firman Allah, sehingga mereka menjadi mangsa dari “pelayan pelepasan” yang secara psikologis memanipulasi orang-orang untuk berpikir bahwa mereka memiliki roh-roh jahat. Saat seseorang yakin ia punya satu roh jahat dalam dirinya, akhirnya ia akan bekerjasama dengan orang yang tampak mampu mengusir roh jahat itu.

Mungkin juga orang yang mengusir roh-roh jahat dari dirinya bukanlah orang percaya sejati dalam Kristus pada saat pembebasannya, meskipun ia anggap dirinya orang percaya. Injil modern, yang sangat bertentangan dengan Injil Alkitab, telah menipu banyak orang untuk berpikir bahwa merekalah orang-orang Kristen meskipun mereka tak dapat dibedakan dari orang-orang bukan-Kristen dan Yesus bukanlah Tuhan mereka. Dalam Alkitab, kita temukan bahwa ketika seseorang mempercayai Injil dan dilahirkan kembali, roh-roh jahat yang ada di dalam dirinya otomatis keluar (lihat Kisah Para Rasul 8:5-7). Roh-roh jahat tak dapat merasuki orang yang ditinggali oleh Roh Kudus, dan Roh Kudus berdiam di dalam semua orang yang dilahirkan kembali.

Mitos 8: “Dengan memperlajari sejarah satu kota, kita dapat menentukan roh jahat mana yang mendominasi kota itu, sehingga kita dapat melakukan peperangan rohani dengan lebih efektif dan akhirnya melakukan penginjilan.”

Mitos ini didasarkan pada beberapa pendapat yang tanpa dukungan Alkitab. Ada pendapat bahwa roh-roh teritorial tinggal untuk waktu lama. Yakni, konon roh-roh yang tinggal di atas satu daerah ratusan tahun lalu adalah roh-roh yang masih ada di tempat itu. Sehingga, jika kita tahu sebuah kota didirikan oleh orang-orang yang tamak, maka dapat disimpulkan bahwa ada roh-roh ketamakan yang mendominasi kota itu kini. Jika kota itu dulunya adalah desa di zaman suku Indian kuno, dapat disimpulkan bahwa roh-roh Shamanisme dan sihir mendominasi kota itu kini. Hal itu terus berlanjut.

Tetapi, benarkah bahwa kini masih ada penguasa jahat yang berada di atas satu daerah geografis ratusan tahun lalu? Mungkin, tetapi tidak secara langsung.

Perhatikan kisah sebelumnya dari kitab Daniel pasal sepuluh. Dengan bantuan Mikhael untuk memerangi “pemimpin kerajaan Persia”, malaikat tak bernama itu berkata kepada Daniel, “Sebentar lagi aku kembali untuk berperang dengan pemimpin orang Persia, dan sesudah aku selesai dengan dia, maka pemimpin orang Yunani akan datang.” (Daniel 10:20, tambahkan penekanan). Sejarah menyatakan bahwa kerajaan Persia jatuh ke tangan bangsa Yunani melalui penaklukan Alexander Agung. Namun malaikat tak bernama itu menyadari perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam alam roh — “pemimpin orang Yunani” akan datang.

Ketika pemimpin orang Yunani benar-benar datang, apakah ia memerintah dalam wilayah roh atas Kekaisaran Yunani layaknya pemimpin kerajaan orang Persia memerintah dalam wilayah roh atas kerajaan orang Persia? Wajarlah bila kita simpulkan demikian, dan jika begitu, beberapa roh jahat tingkat tinggi mengubah lokasi geografis, karena Kekaisaran Yunani praktis memasukkan seluruh wilayah kerajaan Persia. Ketika terjadi berbagai perubahan politik di bumi, mungkin terjadi perubahan dalam kerajaan kegelapan. Tetapi, faktanya, kita tak tahu hal itu jika Allah tak menyatakannya pada kita.

Walaupun demikian, hanya ada sedikit perbedaan pada pemerintahan roh-roh jahat atas suatu daerah geografis tertentu, karena tak ada yang dapat dilakukan melalui “peperangan rohani,” seperti dibuktikan sebelumnya.

Pengkategorian Berlebihan Roh-Roh Jahat (Over-Categorizing Evil Spirits)

Andaikan ada roh-roh pengatur yang mengkhususkan diri dalam dosa-dosa tertentu. Alkitab tak mendukung konsep keseluruhan dari keberadaan “roh-roh ketamakan”, “roh-roh hawa-nafsu”, “roh-roh religius”, “roh-roh perbantahan”, dan lain-lain, terlebih lagi ide bahwa roh-roh yang berbeda itu ada dalam tingkat lebih tinggi dari roh-roh jahat yang menguasai kerajaan kegelapan.

Walaupun muncul kekaguman kepada orang yang belum pernah mempelajari dengan cermat keempat Injil, hanya ada tiga jenis tertentu roh jahat yang Yesus usir: Satu kali disebutkan “roh bisu” (Lukas 11:14), satu kali kita baca “roh bisu dan tuli” (Markus 9:25), dan lebih dari satu kali ada acuan “roh-roh kenajisan”, termasuk semua roh jahat yang Yesus usir, dan bahkan roh “tuli dan bisu” (lihat Markus 9:25).

Apakah tak mungkin “roh tuli dan bisu” sanggup melakukan hal selain membuat orang tuli dan bisu? Pastilah, dalam Markus 9, karena roh itu dapat menyebabkan anak tersiksa secara mengerikan juga. Karena itu, “tuli dan bisu” tidak mengacu kepada tipe roh tertentu, namun kepada bagaimana keadaan itu membahayakan seseorang. Ketika membahas tentang roh-roh jahat, sebagian orang “bersemangat sekali membuat kategori”, sebagai tindakan yang melampaui pewahyuan Alkitabiah.

Dalam seluruh Perjanjian Lama, roh-roh tertentu yang punya nama yang dianggap jahat adalah “roh dusta” (1 Raja-Raja 22:22-23), “roh kekacauan” (Yesaya 19:14), dan “roh perzinahan” (Hosea 4:12; 5:4). Mengenai “roh dusta” dan “roh kekacauan”, semua roh jahat disebut sebagai “roh-roh dusta” dan “roh-roh kekacauan.” Frase “roh perzinahan” tidak mengacu pada roh jahat tertentu, namun hanya pada sikap yang lazim terjadi.

[6]

 

Dalam seluruh Kisah Para Rasul, penyebutan roh jahat hanya pada Kisah Para Rasul 16:16, di mana seorang hamba perempuan yang memiliki “roh tenung.” Dan dalam semua surat, hanya sekali penyebutan roh-roh jahat yakni “roh-roh penyesat” (1Timotius 4:1) yang dapat menjadi gambaran roh jahat.

Dengan beberapa acuan untuk jenis-jenis tertentu roh jahat dalam Alkitab, kita akan terkejut membaca sebagian daftar yang berisikan ratusan jenis roh jahat yang mungkin tinggal di dalam orang-orang atau yang mengendalikan kota-kota.

Kita tak boleh menduga-duga bahwa, dengan dosa tertentu, ada kategorisasi tingkatan yang lebih tinggi dari roh-roh jahat. Ada yang berkata, “Karena ada banyak perjudian di kota itu, maka pasti ada roh-roh perjudian di atasnya.”

Roh-Roh Perokok? (Smoking Spirits?)

Betapa bodohnya orang yang berkata, “Pasti ada banyak roh perokok di atas kota itu, karena ada banyak orang di kota itu yang merokok.” Apa yang dilakukan oleh “roh-roh perokok itu” sebelum kota itu ada? Lalu, di mana mereka? Apa yang mereka lakukan sebelum tembakau dipakai untuk merokok? Apakah alasan orang-orang kini merokok adalah karena beberapa “roh jahat perokok” yang sudah lama ada itu mulai menghilang atau pindah ke wilayah baru?

Apakah anda paham betapa bodohnya ketika kita berkata, “Kota itu dikendalikan oleh roh-roh hawa-nafsu, karena ada begitu banyak tempat prostitusi di kota itu”? Yang benar adalah di manapun orang-orang tidak melayani Kristus, maka ada kerajaan kegelapan. Banyak roh jahat bekerja dalam alam kegelapan yang menggoda orang untuk berbuat dosa dan terus memberontak melawan Allah. Roh-roh itu akan mencobai orang-orang di tiap area dosa, dan di beberapa tempat, orang-orang lebih terikat kepada satu dosa daripada dosa-dosa lain. Yang mereka harapkan hanyalah Injil sehingga kita dipanggil untuk mengabarkannya.

Walaupun ada roh-roh jahat dari jenis-jenis khusus yang menangani dosa-dosa tertentu dan yang menguasai wilayah-wilayah tertentu, kita tak akan mudah tahu, karena tiada yang dapat kita lakukan untuk mengenyahkan roh-roh jahat itu. Kita bertanggung-jawab untuk berdoa (menurut Alkitab) bagi orang-orang di daerah itu yang tertipu dan kita juga harus kabarkan Injil kepada mereka.

Cara untuk mengetahui tentang dosa-dosa yang paling dominan di sebuah kota adalah menyebarkan pesan yang lebih tegas kepada orang-orang yang belum diselamatkan di kota itu —dengan menyebutkan dosa-dosa yang membuat mereka bersalah di hadapan Allah. Tidak perlu dibuat riset sejarah kota untuk menentukan itu. Kita hanya perlu berkunjung sebentar dan membuka mata dan telinga. Dosa-dosa yang dominan akan segera terbukti.

Akhirnya, tak ada contoh dalam Perjanjian Baru mengenai orang yang melakukan “pemetaan roh” sebagai cara untuk menyiapkan peperangan rohani atau penginjilan. Juga tidak ada instruksi dalam suratan-suratan untuk melakukan hal itu. Dalam Perjanjian Baru, melalui bimbingan Roh Kudus, rasul-rasul berkhotbah di satu tempat, setia mengabarkan Injil dan menyerukan kepada semua orang untuk bertobat, dan mengandalkan Tuhan untuk meneguhkan FirmanNya dengan tanda-tanda heran yang mengikuti. Metode yang mereka lakukan berjalan dengan baik.

Mitos 9: “Beberapa orang Kristen perlu dibebaskan dari kutukan turunan atau kutukan Setan.”

Seluruh ide mengenai “kutukan turunan” berasal dari empat perikop dalam Perjanjian Lama yang pada dasarnya mengatakan hal yang sama, yakni Keluaran 20:5; 34:7; Bilangan 14:8 dan Ulangan 5:9. Perhatikan Bilangan 14:18:

TUHAN itu berpanjangan sabar dan kasih setiaNya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pelanggaran, tetapi sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat. (tambahkan penekanan).

Bagaimana tafsiran perikop Alkitab di atas? Apakah itu berarti Allah akan mengutuk atau menghukum seseorang karena dosa-dosa orang-tuanya, kakek-neneknya, atau kakek-nenek buyut? Apakah kita harus percaya bahwa Allah dapat mengampuni dosa-dosa seseorang ketika ia percaya kepada Yesus tetapi kemudian menghukum orang itu karena dosa-dosa yang dilakukan oleh kakek-nenek buyutnya?

Tentu tidak. Jika tidak, Allah dapat dituduh bersikap tidak adil dan pura-pura. Ia Sendiri telah berkata bahwa menghukum seseorang karena dosa-dosa orang-tuanya merupakan perbuatan yang keliru dari sisi moral:

Tetapi kamu [bangsa Israel] berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? –[Allah menjawab] Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup. 20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. (Yehezkiel 18:19-20, tambahkan penekanan).

Lagipula, sesuai Hukum Taurat Musa, Allah memerintahkan baik bapak maupun anak tidak harus menanggung kesalahan karena dosa-dosa orang lain:

Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri. (Ulangan 24:16).

Tidak mungkin Allah yang penuh kasih dan kebenaran mau mengutuk atau menghukum orang karena dosa-dosa nenek-moyangnya.

[7]

Jadi, apa maksud Alkitab dengan perkataan bahwa Allah akan “benar-benar membinasakan orang-orang berdosa, dengan menanggung kejahatan orang tua terhadap anak-anak sampai turunan ketiga dan keempat”?

Artinya, Allah meminta pertanggung-jawaban orang-orang atas perbuatan dosa yang mereka tunjukkan kepada keturunan mereka, sehingga Ia meminta sebagian tanggung-jawab mereka atas dosa-dosa yang dilakukan oleh keturunan mereka oleh karena pengaruhnya. Allah meminta sebagian tanggung-jawab orang-orang oleh karena kejahatan mereka, untuk dosa-dosa dari cicit mereka! Itulah cara suci dari Allah. Tak seorangpun dapat berkata bahwa Ia tidak adil dengan melakukan demikian.

Perhatikan, bahasan perikop yang menyatakan bahwa Allah akan “menghukum kejahatan bapak terhadap anak-anak.” Kejahatan bapak terhadap anak-anaknya tengah mendapat hukuman.

Dengan demikian, ide “kutukan turunan” adalah tahyul dan buruk, karena membuat Allah tampak tidak benar.

Kutukan Setan? (Satanic Curses?)

Tetapi bagaimana dengan “kutukan Setan”?

Pertama, dalam seluruh Alkitab, tiada hal yang menunjukkan bahwa Setan sanggup “memberi kutukan” kepada siapapun, juga tak ada contoh perbuatannya demikian. Sudah tentu, dalam Alkitab kita lihat Setan menyiksa orang-orang, tetapi tak pernah didapati Setan “memberi kutukan” kepada sebuah keluarga yang kelak menimbulkan kemalangan terus-menerus pada mereka dan generasi-generasi berikutnya.

Selama hidupnya, tiap orang Kristen dihina oleh Setan dan roh-roh jahat (pada batas tertentu), tetapi tak berarti kita butuh seseorang untuk “menghancurkan kutukan Setan” di atas kita sebagai warisan orang tua kepada kita. Kita hanya perlu bertahan dalam Firman Tuhan dan melawan Iblis dengan iman, sesuai perintah Alkitab (lihat 1 Petrus 5:8-9).

Dalam Alkitab, Allah adalah oknum yang berkuasa untuk memberkati dan mengutuk (lihat Kejadian 3:17; 4:11;5:29; 8:21; 12:3; Bilangan 23:8; Ulangan 11:26; 28:20; 29:27; 30:7; 2 Tawarikh 34:24; Mazmur 37:22; Amsal 3:33; 22:14; Ratapan 3:65; Maleakhi 2:2; 4:6). Orang-orang lain dapat mengutuk kita dengan mulut mereka, tetapi kutukan mereka tak sanggup membahayakan kita:

Seperti burung pipit mengirap dan burung layang-layang terbang, demikianlah kutuk tanpa alasan tidak akan kena. (Amsal 26:2).

Setelah disewa oleh Balak untuk mengutuk bangsa Israel, Bileam melakukan hal yang benar ketika ia berkata, “Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak diserapah Allah? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? ” (Bilangan 23:8).

Beberapa orang Kristen tidak mendukung ide tentang orang yang mengutuk orang lain berdasarkan perkataan Yesus dalam Markus 11:23: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.”

Perhatikan, tak ada kuasa hanya dengan ucapan kata-kata, tetapi ada kuasa dalam ucapan kata-kata dari keyakinan dari dalam hati. Tak ada cara orang dapat memiliki iman, sehingga kutukannya kepada seseorang dapat benar-benar membahayakan orang itu, karena iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan (Ibrani 11:1), dan iman hanya muncul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Roma 10:17). Seseorang dapat berharap kutukannya terhadap orang lain akan mengakibatkan kemalangan, tetapi ia tak pernah mempercayai kutukan itu, karena Allah tidak berjanji untuk memberikan iman kepada orang-orang yang mengutuk.

Kecuali jika Allah memberikan “karunia iman” kepada seseorang bersama dengan “karunia nubuatan” (dua dari sembilan karunia Roh ), yang disebutkan dalam wujud berkat atau kutukan, seperti kita pahami bahwa Allah kadang-kadang melakukannya dalam kehidupan beberapa tokoh Perjanjian Lama (lihat Kejadian 27:27-29, 38-41; 49:1-27; Yosua 6:26 dengan 1 Raja-Raja 16:34; Hakim-Hakim 9:7-20, 57; 2 Raja-Raja 2:23-24). Bahkan dalam kejadian-kejadian itu, berkat-berkat atau kutukan-kutukan berasal dari Allah, bukan dari manusia. Jadi, seluruh ide seseorang yang sanggup “memberikan kutukan” pada orang lain hanyalah tahyul. Itu sebabnya Yesus tidak memerintahkan kita untuk “menghancurkan kutukan yang telah diucapkan terhadap kita”, tetapi sebaliknya untuk “memberkati orang-orang yang mengutuk kita.” Kita tak perlu takut akan kutukan dari siapapun. Merasa takut dikutuk oleh seseorang menunjukkan kurangnya iman kita kepada Allah. Sayangnya, saya sering temui pendeta-pendeta yang sepertinya mempunyai iman yang lebih besar pada kuasa Setan daripada kuasa Allah. Walaupun saya pergi ke berbagai negara setiap bulan dengan melakukan banyak kerusakan pada kerajaan Setan, tak sedikitpun saya takut kepada Setan atau kutukan-kutukan yang ditujukan ke saya. Tak ada alasan untuk takut.

Kutukan Ilmu Gaib? (Occult Curses?)

Apakah mungkin ada kutukan Setan pada kita oleh karena keterlibatan kita dalam hal-hal gaib di masa lalu?

Jangan lupa bahwa ketika kita dilahirkan kembali, kita dibebaskan dari kuasa Setan dan kerajaan kegelapan (lihat Kisah Para Rasul 26:18; Kolose 1:13). Setan tak lagi punya pegangan apapun pada kita jika kita tidak berikan kepadanya. Walaupun Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang Kristen di Efesus sering terlibat dalam praktek gaib sebelum mereka bertobat (lihat Kisah Para Rasul 19:18-19), tak ada catatan tentang Paulus yang mematahkan “kutukan Setan” atau mengikat kuasa Setan atas mereka setelah mereka dilahirkan kembali. Ini karena mereka otomatis terbebas dari kuasa Setan ketika mereka pertama kali percaya kepada Yesus.

Lagipula, ketika Paulus mengirim surat kepada orang-orang Kristen di Efesus, ia tidak memberikan perintah mengenai pembebasan orang dari kutukan turunan atau kutukan Setan. Perkataannya kepada mereka adalah “jangan beri kesempatan kepada Iblis” (Efesus 4:27), dan ”kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah”, supaya kamu ”dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis”; (Efesus 6:11). Itulah tanggung-jawab tiap orang Kristen.

Tetapi, dalam beberapa kejadian, mengapa orang-orang Kristen tampak mendapat pertolongan ketika seseorang mematahkan ”kutukan turunan” atau ”kutukan Setan” atas mereka? Mungkin karena orang yang butuh pertolongan memiliki iman sehingga Iblis lari ketika “kutukan” dipatahkan. Imanlah yang mengusir Setan, dan setiap orang Kristen dapat dan harus beriman sehingga ketika ia melawan Setan, Setan akan lari. Tetapi, tak perlu memanggil “ahli pelepasan” untuk mengusir Setan.

Akhirnya, Alkitab berkata bahwa Kristus “menjadi kutuk karena kita,” dan dalam melakukannya, “telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat” (Galatia 3:13, tambahkan penekanan). Dulunya, kita semua ada di bawah kutuk Allah karena kita telah berdosa, tetapi karena Yesus menanggung hukuman kita, kita telah dibebaskan dari kutukan itu. Puji Tuhan! Karena tidak lagi dikutuk, maka kita dapat bersukacita bahwa kita kini telah diberkati “dengan segala berkat rohani di dalam sorga dalam Kristus” (Efesus 1:3).

Peperangan Rohani yang Alkitabiah (Scriptural Spiritual Warfare)

Kita telah membahas banyak mitos modern mengenai peperangan rohani. Adakah bentuk peperangan rohani yang Alkitabiah? Ya, dan itulah yang akan menjadi fokus kita.

Hal pertama yang perlu kita tahu tentang peperangan rohani adalah peperangan rohani tak boleh menjadi fokus kehidupan Kristen. Kita harus fokus kepada Kristus, mengikuti dan menaatiNya, di saat kita terus bertumbuh menjadi seperti Dia. Hanya sedikit tulisan dalam Perjanjian Baru yang membahas tentang peperangan rohani, sehingga peperangan rohani hendaklah menjadi fokus kecil dalam kehidupan Kristen.

Hal kedua yang perlu kita tahu tentang peperangan rohani adalah bahwa Alkitab menyatakan apa yang perlu kita tahu. Kita tak perlukan penilaian khusus (atau pengkhotbah yang mengklaim ia mendapat penilaian khusus) kepada “hal-hal yang dalam dari Setan.” Peperangan roh yang Alkitabiah adalah sederhana. Alkitab jelas mengungkap rancangan Setan. Tanggung-jawab kita jelas perlu ditonjolkan. Ketika tahu dan percaya perkataan Allah, anda dijamin menang dalam peperangan rohani.

Kembali ke Awal (Back to the Beginning)

Kita kembali ke kitab Kejadian, di mana kita pertama kali tahu tentang Iblis. Pada pasal-pasal awal, Setan muncul dalam wujud seekor ular. Jika ragu bahwa ular itu adalah Iblis, Wahyu 20:2 mengungkapkannya: “ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya” (tambahkan penekanan).

Kejadian 3:1 menyatakan, “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah.” Ketika anda memikirkan tentang betapa cerdiknya beberapa mahluk Allah ketika mahluk-mahluk itu bersaing agar tetap hidup dan dan mengejar mangsanya, anda akan sadar betapa cerdiknya Setan itu. Di lain pihak, Setan tidaklah maha-tahu atau maha-bijak seperti Allah, dan jangan anggap bahwa kita dalam kondisi mental yang tak menguntungkan dalam perjuangan kita melawan Setan. Yesus memerintahkan kita untuk “cerdik seperti ular” (Matius 10:16, tambahkan penekanan). Paulus menyatakan bahwa ia berhati-hati dengan maksud-maksud Setan (lihat 2 Korintus 2:11) dan kita memiliki “pikiran Kristus” (1 Korintus 2:16).

Setan meluncurkan panah apinya yang pertama dengan bertanya kepada Hawa tentang perkataan Allah. Tanggapannya mengungkapkan padanya apakah ia memiliki kesempatan menipunya untuk tidak menaati Allah. Setan tak punya jalan masuk untuk menipu siapapun yang percaya dan menaati perkataan Allah, yang menjadi alasan mengapa keseluruhan strategi hanya berputar-putar di sekitar ide-ide yang bertentangan dengan Firman Allah.

Setan bertanya pada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” (Kejadian 3:1). Sepertinya pertanyaan ini diucapkan dengan tulus, tetapi Setan tahu pasti tujuannya.

Hawa menjawab, “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” (Kejadian 3:2-3)

Hawa hampir melakukan yang benar. Sebenarnya, Allah tak melarang mereka menyentuh pohon pengetahuan baik dan jahat, tetapi melarang mereka memakan buahnya.

Hawa tentu cukup tahu kebenaran untuk mengetahui kebohongan dalam jawaban Setan: “Sekali-kali kamu tidak akan mati!” (Kejadian 3:4). Tentu, itulah kontradiksi nyata dari perkataan Allah, dan tak mungkin Hawa langsung mempercayainya. Sehingga Setan mempermanis kebohongannya dengan kebenaran, seperti yang sering dilakukannya, sehingga memudahkan orang untuk menelan kebohongan itu. Setan terus berkata: “Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:5).

Setan sebenarnya berkata tiga hal benar setelah ia berdusta. Kita tahu bahwa ketika Adam dan Hawa memakan buah terlarang, mata mereka sudah terbuka (lihat Kejadian 3:7) seperti kata Setan. Juga, Allah Sendiri lalu berkata bahwa manusia telah menjadi seperti Allah dan ia telah tahu yang baik dan yang jahat (lihat Kejadian 3:22). Catatan: Setan sering mencampurkan kebenaran dengan ketidakbenaran untuk menipu orang-orang.

Perhatikan juga, Setan melecehkan karakter Allah. Allah tak ingin Adam dan Hawa memakan buah terlarang untuk keberadaan dan kebahagiaan mereka, tetapi Setan membuatnya seolah-olah seperti Allah menahan sesuatu yang baik dari mereka. Sebagian besar kebohongan Setan melecehkan karakter, kehendak, dan motif dari Allah.

Tetapi, pasangan suami-istri pertama di bumi menolak kebenaran demi mempercayai satu dusta, dan keduanya menerima akibat. Tetapi, perhatikan semua unsur peperangan rohani modern dalam kisahnya: Satu-satunya senjata Setan adalah dusta yang dituliskan dalam kebenaran. Manusia menghadapi pilihan untuk meyakini perkataan Allah atau pekataan Setan. Mempercayai kebenaran bisa saja menjadi “perisai iman” mereka, tetapi mereka tak pernah mengangkat perisai itu.

Peperangan Rohani oleh Yesus (Jesus’ Spiritual Warfare)

Ketika kita membaca pertemuan Yesus dengan Setan selama pencobaanNya di padang gurun, ternyata Setan tidak mengubah cara-caranya selama ribuan tahun. Cara Setan menyerang adalah merendahkan perkataan Allah, karena ia tahu bahwa cara satu-satunya untuk mengalahkan musuh adalah menghalangiNya agar tak mempercayai atau menaati kebenaran. Firman Tuhan lagi-lagi menjadi sasaran perang. Setan menyemburkan segala dustanya, dan Yesus melawan dusta-dusta itu dengan kebenaran. Yesus percaya dan menaati perkataan Allah. Itulah peperangan rohani menurut Alkitab.

Yesus dihadapkan dengan situasi sama dengan Hawa, Adam, dan kita semua. Ia harus memutuskan apakah Ia akan mendengarkan Allah atau Setan. Yesus berjuang menghadapi peperangan rohaniNya dengan memakai “pedang Roh”, yakni Firman Tuhan. Lihatlah apa yang dapat kita pelajari dari peperangan rohani dengan Setan.

Dengan mengingat cobaan kedua yang Yesus alami, Matius menyatakan kepada kita:

Kemudian Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri -Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Yesus berkata kepadanya: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Markus 4:5-7).

Jadi, masalahnya adalah perkataan Allah. Setan bahkan mengutip Mazmur 91, tetapi Setan membelokkan pengertian pasal itu demi membuat arti yang tidak Allah kehendaki.

Yesus menanggapi dengan mengutip ayat dalam Mazmur 91 yang memberi pemahaman seimbang tentang janji Allah untuk memberi perlindungan. Allah akan melindungi kita, tetapi Ia tak akan melindungi jika kita bertindak bodoh, yakni “mencobaiNya”, seperti tampak dalam catatan pinggir di Alkitab saya.

Karena itu, sangat penting bila kita tak membelokkan arti ayat-ayat Alkitab keluar dari konteksnya. Setiap ayat Alkitab harus diseimbangkan dengan ayat lain dalam Alkitab.

Pembelokan arti dalam Alkitab adalah salah-satu taktik yang paling sering dilakukan oleh Setan dalam peperangan rohani dan, yang menyedihkan, Setan sangat berhasil memakai taktik itu untuk melawan banyak orang Kristen yang terjebak dalam gerakan peperangan rohani modern. Contoh klasik pembelokan itu adalah penggunaan frase dalam Alkitab “menghancurkan kubu pertahanan” untuk mendukung pendapat tentang menghancurkan roh-roh jahat di udara. Seperti saya sebutkan sebelumnya, frase unik itu, menurut konteksnya, tidak berlaku pada peruntuhan roh-roh jahat di udara. Namun Iblis mau kita berpikir bahwa frase itu berlaku pada penghancuran roh-roh jahat di udara, sehingga kita dapat meneriaki roh-roh jahat penguasa di udara.

Dalam kitab Matius, kita dapat baca kisah pencobaan ketiga yang dihadapi Yesus,

Dan Iblis membawaNya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepadaNya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Matius 4:8-10).

Itulah cobaan untuk mendapatkan kekuasaan. Jika Yesus menyembah Setan, dan jika Setan memenuhi janjinya kepadaNya, Yesus mungkin telah mendapatkan posisi komando kedua atas kerajaan kegelapan. Ia mungkin saja memerintah atas setiap manusia yang tidak bertobat dan setiap roh jahat, dengan memiliki kuasa atas seluruh dunia sesuai yang Setan miliki sebelumnnya. Kita hanya dapat berspekulasi tentang apa yang mungkin telah terjadi andaikan Yesus saat itu menyerah kepada pencobaan.

Perhatikan lagi bahwa Yesus menentang usulan Setan dengan memakai Firman Allah yang tertulis. Dalam tiap pencobaan dari tiga pencobaan, Yesus menang dengan berkata, “Ada tertulis.” Kita juga harus tahu dan mempercayai Firman Tuhan jika kita ingin menghindari tipuan dan perangkap Setan. Itulah hal-hal tentang peperangan rohani.

Medan Peperangan (The Battle Ground)

Dalam banyak kejadian, satu-satunya kuasa yang dimiliki oleh Setan dan roh-roh jahatnya adalah menanamkan pikiran-pikiran dalam hati dan perasaan setiap orang (dan bahkan yang Allah batasi; lihat 1 Korintus 10:13). Dengan pikiran-pikiran itu, perhatikanlah contoh ayat-ayat Alkitab berikut ini:

Tetapi Petrus berkata: “Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? (Kisah Para Rasul 5:3, tambahkan penekanan).

Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia… (Yohanes 13:2, tambahkan penekanan).

Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan… (1 Timotius 4:1, tambahkan penekanan).

Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. (2 Korintus 11:3, tambahkan penekanan).

Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. (1 Korintus 7:5, tambahkan penekanan).

Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia. (1 Tesalonika 3:5, tambahkan penekanan).

…. yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah….(2 Korintus 4:4, tambahkan penekanan).

Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya. (Wahyu 12:9, tambahkan penekanan).

Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. (Yohanes 8:44, tambahkan penekanan).

Ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lain dalam Alkitab memperjelas bahwa medan peperangan rohani dalam Alkitab adalah hati dan perasaan kita. Setan menyerang dengan berbagai pikiran —berbagai sugesti jahat, ide yang keliru, filsafat yang sesat, pencobaan, berbagai dusta dan lain-lain. Cara pertahanan kita adalah mengetahui, mempercayai, dan menanggapi Firman Allah.

Sangat penting dipahami bahwa tiap pemikiran anda tak secara langsung berasal dari dalam diri anda. Setan punya banyak juru-bicara yang membantu menanamkan pikiran-pikirannya dalam perasaan setiap orang. Ia bekerja untuk mempengaruhi kita melalui koran, buku, televisi, majalah, radio, teman dan tetangga, dan juga pengkhotbah. Bahkan rasul Petrus pernah tiba-tiba dipakai sebagai juru-bicara Setan, dengan memberi saran kepada Yesus bahwa Tuhan tidak menghendaki Dia mati (lihat Matius 16:23).

Tetapi Setan dan roh-roh jahat juga bekerja langung pada perasaan manusia, tanpa perantara manusia, dan semua orang Kristen kadang mengalami serangan langsung dari Setan dan roh-roh jahat, yakni ketika peperangan dimulai.

Saya ingat seorang wanita Kristen yang baik yang pernah menemui saya dan mengaku ada masalah. Ia berkata bahwa setiap kali ia berdoa, akan muncul pikiran-pikiran hujatan dan kata-kata hujatan. Ia seorang yang manis, paling sopan, paling dikasihi dan paling setia di gereja saya, namun ia mengalami masalah itu dengan pikiran-pikiran mengerikan.

Saya jelaskan padanya bahwa pikiran-pikiran itu berasal dari dalam dirinya, tetapi ia diserang oleh Setan, yang coba menghancurkan kehidupan doanya. Ia lalu berkata kepada saya bahwa ia sudah berhenti berdoa setiap hari karena ia kuatir nanti pikiran-pikiran itu akan datang lagi. Setan telah berhasil.

Jadi, saya berkata kepada wanita itu untuk mulai berdoa lagi, dan jika pikiran-pikiran yang menghujat itu muncul di dalam hatinya, ia harus melawannya dengan kebenaran Firman Allah. Jika pikiran berkata kepadanya, “Yesus adalah ——-, ia harus katakan, “Tidak, Yesus dulu dan sekarang adalah Anak Allah.” Jika pikiran datang dengan kata hujatan, ia harus ganti pikiran itu dengan pikiran pujian kepada Yesus, dan seterusnya.

Saya juga berkata padanya, dengan merasa kuatir bahwa ia bisa saja memikirkan hal-hal keliru, sebenarnya ia mengundang pikiran-pikiran itu, karena ketakutan adalah iman terbalik, yakni iman kepada Iblis. Dengan mencoba tak memikirkan sesuatu, kita pasti memikirkan hal itu dengan maksud untuk tak memikirkan hal itu.

Misalnya, jika saya katakan, “Jangan pikirkan tangan kanan anda”, anda akan segera memikirkan tangan kanan anda, saat anda coba ikuti perkataan saya. Semakin keras anda coba, semakin buruk jadinya. Satu-satunya cara untuk tak memikirkan tangan kanan anda adalah memikirkan hal lain secara sadar, misalnya sepatu anda. Ketika anda pikirkan sepatu anda, anda tidak sedang memikirkan tangan anda.

Saya berikan dorongan kepada wanita itu untuk “tidak takut”, sebagaimana perintah Alkitab kepada kita. Dan setiap kali ia tahu ada pikiran yang tak sesuai dengan Firman Allah, ia harus ganti dengan pikiran yang sesuai dengan Firman Allah.

Saya ingin berkata bahwa ia ikuti saran saya, dan, walaupun diserang beberapa kali lagi selama waktu-waktu doanya, ia berhasil menang mutlak atas masalahnya. Ia menang dalam peperangan rohani yang Alkitabiah.

Saat melakukan survei di beberapa gereja, sangat menarik saat saya temukan bahwa masalah wanita itu sering muncul. Dari hasil survei saya, lebih dari setengah jumlah orang Kristen menunjukkan bahwa, pada satu waktu atau lain waktu, mereka mengalami pikiran menghujat saat sedang berdoa. Setan tidaklah begitu kreatif.

“Perhatikanlah Apa Yang Anda Dengar” (“Take Care What You Listen To”)

Kita tak dapat menghentikan Setan dan roh-roh jahat agar tidak menyerang pikiran kita, tetapi kita jangan biarkan pikiran mereka menjadi pikiran kita. Yakni, kita jangan tinggal pada setiap ide dan sugesti Setan, dengan menguasai roh-roh itu. Seperti sudah dikatakan, “Anda tak dapat menyuruh burung agar tidak terbang di atas kepala anda, tetapi anda dapat mencegah burung itu agar tidak membuat sarang di rambutmu.”

Tambahan pula, kita harus hati-hati untuk tak menyerahkan pikiran-pikiran kita kepada pengaruh-pengaruh yang bukan dari Tuhan kapanpun hal itu ada dalam kendali kita. Secara langung setelah Ia mengatakan perumpamaan tentang penabur dan jenis-jenis tanah, Yesus mengingatkan, “Camkanlah apa yang kamu dengar” (Markus 4:24). Yesus tahu efek merusak dari mendengarkan kebohongan, sehingga memudahkan Setan untuk menanamkan “benih-benih”nya di dalam hati dan perasaan kita. Benih-benih itu bisa tumbuh menjadi “semak duri” yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan Firman Tuhan dalam kehidupan kita (lihat Markus 4:7, 18-19).

Uraian Petrus tentang Peperangan Rohani (Peter on Spiritual Warfare)

Rasul Petrus memahami peperangan rohani yang benar dan Alkitabiah. Dalam suratan-suratannya, ia tak pernah memerintahkan setiap orang Kristen untuk menghancurkan penguasa-penguasa udara di atas kota-kota. Tetapi, ia memerintahkan untuk menghadapi serangan Setan terhadap kehidupan pribadi, dan Petrus mengatakan cara yang tepat bagaimana harus melawan Setan:

Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (1 Petrus 5:8-9).

Perhatikanlah, Petrus menunjukkan bahwa posisi kita adalah bertahan, bukan menyerang. Setanlah oknum yang mengembara, bukan kita. Ia mencari-cari kita; kita tidak mencarinya. Tugas kita bukan menyerang tetapi bertahan.

Kedua, Setan, bagaikan singa, mencari-cari orang untuk dihancurkan. Bagaimana ia dapat menghancurkan orang Kristen? Apakah maksud Petrus adalah Setan dapat, dalam arti sebenarnya, memakan daging orang seperti yang dilakukan singa? Jelas tidak. Yang dapat dilakukan oleh Setan untuk menghancurkan orang Kristen ialah menipunya agar percaya kepada dusta yang menghancurkan imannya.

Ketiga, Petrus menyatakan agar kita melawan Iblis melalui iman kita. Perjuangan bukanlah secara fisik, dan kita tak dapat melawan Setan dengan mengayunkan kepalan tangan ke udara. Ia menyerang kita dengan dusta, dan kita melawan dusta itu dengan iman yang teguh dalam Firman Allah. Ini juga peperangan rohani menurut Alkitab.

Orang-orang Kristen yang disurati oleh Petrus tengah menderita karena aniaya berat, sehingga mereka dicobai untuk meninggalkan iman mereka dalam Kristus. Seringkali ketika kita berada pada keadaan sekitar yang tak diinginkan, Setan dapat menyerang dengan perasaan ragu dan dustanya. Itulah saatnya kita bertahan dalam iman kita. Itulah “hari jahat” yang Paulus tuliskan ketika anda perlu “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. (Efesus 6:11, tambahkan penekanan).

Uraian Yakobus tentang Peperangan Rohani (James on Spiritual Warfare)

Rasul Yakobus juga menyebutkan tentang peperangan rohani dalam suratnya. Apakah ia berkata kepada orang-orang Kristen bahwa doa-doa mereka dapat menentukan hasil peperangan yang dilakukan oleh para malaikat? Tidak. Apakah ia berkata kepada mereka untuk menghancurkan roh-roh kedagingan, ketidakpedulian, dan kemabukan di atas kota-kota mereka? Tidak. Apakah ia berkata kepada mereka untuk mempelajari sejarah kota-kota mereka agar dapat menentukan jenis-jenis roh jahat yang telah ada sejak dulu? Tidak.

Yakobus percaya kepada peperangan rohani menurut Alkitab, sehingga ia menulis:

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yakobus 4:7, tambahkan penekanan).

Sekali lagi, perhatikan posisi orang Kristen yang bertahan —kita bertahan, bukan menyerang. Ketika kita bertahan, Yakobus berjanji bahwa Setan akan lari. Ia tak punya alasan untuk mengikuti orang Kristen yang tidak akan bisa diyakinkan untuk mempercayai dusta-dustanya, mengikuti sugesti-sugestinya, atau menyerah kepada semua cobaannya.

Perhatikan juga bahwa Yakobus mula-mula memerintahkan kita untuk berserah kepada Allah. Kita menyerah kepada Allah dengan tunduk kepada FirmanNya. Pertahanan kita untuk melawan Setan diperteguh dengan penyerahan diri kita kepada Firman Allah.

Uraian Yohanes tentang Peperangan Rohani (John on Spiritual Warfare)

Rasul Yohanes juga menulis tentang peperangan rohani dalam suratnya yang pertama. Apakah ia mengatakan untuk menaiki tempat-tempat tinggi demi menghancurkan kubu-kubu pertahanan Iblis? Tidak. Apakah ia mengatakan bagaimana cara kita mengusir roh amarah agar keluar dari orang-orang Kristen yang sewaktu-waktu marah? Tidak.

Sebaliknya, seperti halnya Petrus dan Yakobus, Yohanes hanya percaya kepada peperangan rohani menurut Alkitab, sehingga perintah-perintahnya sama:

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. Demikianlah kita mengenal Roh Allah : setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka. Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan. (1 Yohanes 4:1-6).

Perhatikan seluruh pembahasan Yohanes dalam ayat-ayat tersebut yang berkisar tentang dusta-dusta Setan dan kebenaran Allah. Kita harus menguji roh-roh untuk mengetahui apakah berasal dari Allah, dan ujian itu didasarkan pada kebenaran. Roh-roh jahat tidak akan mengakui bahwa Yesus Kristus lahir dalam daging. Roh-roh itu pembohong.

Yohanes juga berkata agar kita harus mengalahkan roh-roh jahat. Yakni, sebagai warga kerajaan terang, kita tak lagi di bawah kuasa roh-roh jahat. Seorang yang lebih besar, Yesus, tinggal di dalam kita. Orang, yang memiliki Kristus yang hidup di dalam dirinya, tak boleh takut akan roh-roh jahat.

Yohanes juga berkata bahwa dunia mendengarkan roh-roh jahat, satu petunjuk bahwa roh-roh jahat itu bisa berbicara. Kita tahu, roh-roh itu tidak berbicara dengan suara yang terdengar, tetapi roh-roh itu menanamkan dusta-dusta dalam pikiran orang-orang.

Sebagai pengikut Kristus, kita tak boleh dengarkan setiap dusta dari roh-roh jahat, dan Yohanes menyatakan bahwa roh-roh yang mengenal Allah juga mendengarkan kita, karena kita memiliki kebenaran; kita memiliki Firman Allah.

Perhatikan bahwa strategi Setan adalah meyakinkan orang-orang untuk mempercayai semua dustanya. Setan tak dapat mengalahkan kita jika kita tahu dan percaya kebenaran. Itulah makna peperangan rohani yang Alkitabiah.

Iman menjadi Kunci Penting (Faith is the Key)

Mengenali Firman Tuhan tak cukup untuk memenangkan peperangan rohani. Kunci utama adalah sungguh-sungguh percaya pada perkataan Allah. Ini nyata dalam melawan Iblis dan mengusir roh-roh jahat. Misalnya, perhatikan lagi contoh yang telah kita bahas sebelumnya, ketika Yesus memanggil kedua belas muridNya dan “memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat” (Matius 10:1). Pada tujuh pasal berikutnya, murid-murid itu tak sanggup mengusir roh jahat dalam diri anak yang sakit.

[8]

Ketika Yesus mengetahui kegagalan mereka, Ia meratapi:

“Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Matius 17:17, tambahkan penekanan).

Yesus mengeluhkan ketidakpercayaan mereka. Lagipula, ketika murid-muridNya kemudian bertanya kepadaNya tentang mengapa mereka tak sanggup mengusir roh jahat, Yesus menjawab, “Karena kamu kurang percaya” (Matius 17:20). Jadi, terlihat bahwa, di luar iman mereka, kuasa mereka untuk mengusir roh-roh jahat tidak berfungsi.

Keberhasilan kita mengusir roh-roh jahat dan melawan Iblis tergantung pada iman kita dalam Firman Allah. Jika kita benar-benar percaya perkataan Allah, maka kita akan berkata dan bertindak seperti itu. Seekor anjing mengejar orang yang lari darinya, dan sama halnya dengan Iblis. Jika anda lari, Iblis akan mengejar anda. Tetapi, jika anda tetap teguh dalam iman, Iblis akan lari dari padamu (lihat Yakobus 4:7).

Tentunya, kurangnya iman dari rasul-rasul menjadi bukti bagi orang yang melihat, ketika mereka coba membebaskan anak itu dari roh jahat, tetapi gagal. Jika roh jahat itu menunjukkan hal yang sama untuk murid-murid seperti yang ia tunjukkan di hadapan Yesus, dengan membanting anak itu sehingga anak itu mengalami “goncangan keras” (Lukas 9:42) dan mulut anak itu berbusa (lihat Markus 9:20), mungkin iman murid-murid menjadi ketakutan. Mereka mungkin dilumpuhkan oleh apa yang mereka saksikan.

Tetapi orang yang beriman tidak tergerak oleh apa yang ia lihat, tetapi sebaliknya, ia tergerak oleh apa yang Allah katakan. “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat (2 Korintus 5:7, tambahkan penekanan). Allah tak dapat berbohong (lihat Titus 1:2), sehingga meskipun keadaan sekitar kita tampak bertentangan dengan perkataan Allah, jangan biarkan iman kita goyah.

Perhatikan bahwa Yesus membebaskan anak itu hanya dalam hitungan detik. Ia melakukannya dengan iman. Ia tak buang-buang waktuNya dengan melakukan “sesi pelepasan.” Orang yang beriman kepada kuasa pemberian Allah tak perlu menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengusir roh jahat.

Lagipula, tak ada catatan bahwa Yesus meneriaki roh jahat. Orang beriman tak perlu berteriak. Yesus juga tidak berkali-kali memerintahkan roh jahat untuk keluar. Cukup sekali perintah. Perintah kedua merupakan jalan masuk keraguan.

Kesimpulan (In Summary)

Melalui teladan dan perkataannya, pelayan pemuridan mengajarkan peperangan rohani sesuai Alkitab, sehingga murid-muridNya sanggup berdiri teguh melawan rancangan Setan, dan berjalan dalam ketaatan kepada perintah-perintah Kristus. Ia tidak memimpin murid-muridNya untuk mengikuti “angin-angin doktrin” kini yang mendukung cara-cara peperangan rohani yang tidak Alkitabiah, dan Ia tahu bahwa mereka yang melakukan cara-cara itu memiliki fokus yang keliru dan sebenarnya ditipu oleh Setan, pribadi yang mereka ingin ikuti.

 


[1]

Konsep ini dibahas lebih menyeluruh dalam buku saya, God’s Tests, yang dapat dibaca dalam Bahasa Inggris di situs

[2]

Pengecualian kepada aturan itu adalah keadaan pada orang-orang yang dikendalikan oleh roh-roh jahat sehingga mereka tak punya cara menyampaikan keinginan mereka untuk mendapatkan kebebasan. Dalam keadaan demikian, karunia-karunia khusus dari Roh akan menghasilkan pelepasan, dan karunia-karunia Roh bekerja jika Roh menghendaki.

[3]

Gambaran Paulus tentang orang-orang tak percaya dalam Roma 1:18-32 juga mendukung konsep yang sama itu.

[4]

Tentunya, benar bahwa di berbagai wilayah geografis, ada lebih sedikit atau lebih banyak orang dalam salah satu kerajaan.

[5]

Mereka yang bertumpu pada posisi “sekali selamat, selamanya selamat” sudah pasti akan bertentangan. Saya ingin mengajak mereka untuk membaca Roma 11:22; 1 Korintus 15:1-2; Filipi 3:18-19; Kolose 1:21-23 dan Ibrani 3:12-14, dengan memperhatikan khusus kepada kata “jika” kapanpun ditemukan.

[6]

“Roh cemburu” disebutkan dalam Bilangan 5:14-30 dan “roh kecongkakan” dalam Amsal 16:18 adalah contoh-contoh dari kata roh yang digunakan untuk mengartikan sikap dominan tertentu, bukannya roh jahat. Dalam Bilangan 14:24 kita baca bahwa Kaleb mendapatkan “jiwa/roh yang lain”, yang jelas mengacu kepada sikap baik dari Kaleb.

[7]

Dengan kata lain bahwa anak-anak tidak menderita oleh karena dosa-dosa orang-tua mereka, karena mereka sering menderita. Tetapi, ketika mereka menderita, itu bukanlah indikasi bahwa Allah tengah menghukum anak-anak itu karena dosa-dosa orang-tua mereka, tetapi indikasi bahwa orang-orang sangat jahat sehingga mereka melakukan dosa-dosa tertentu yang mereka tahu akan menyebabkan anak-anak mereka menderita. Alkitab jelas menyatakan bahwa Allah dapat dengan penuh kasih menunda penghukuman terhadap seseorang yang kemudian Ia dapat memberikan kepada keturunan yang berikutnya dan lebih-layak atau sama layaknya. Demikian juga, dengan penuh kasih Ia dapat menunda hukumanNya terhadap generasi yang jahat namun memberikan kepada keturunan yang berikutnya dan lebih-layak atau sama layaknya (lihat Yeremia 16:11-12). Tindakan Allah itu jauh berbeda dengan menghukum seseorang karena dosa-dosa kakek-neneknya.

[8]

Kita harus hati-hati berpendapat bahwa penyakit ayan disebabkan oleh roh jahat yang ada di dalam tubuh.